Giliran kesempatan peneliti dari BRIN Sumatera Selatan, Sondang M. Siregar menyampaikan materi berjudul “Percandian Hindu dan Buddha di Tepian Sungai Lematang dan Ragam Hias Percandian Bumiayu”.
Dalam paparannya, Sondang memastikan bahwa berdasarkan temuan diketahui bahwa percandian Bumiayu berlatar belakang agama Hindu, Buddha dan Hindu Tantrayana.
Selain itu menurut dia, Percandian Bumiayu berorientasi timur (sungai), pada bentang lahan rawa, di atas permukaan tanah kering yang areanya lebih tinggi dari sekitarnya.
BACA JUGA:Tempatkan Replika Prasasti Baturaja di Sini, Niatan TWKS Patut Diacungi 2 Jempol
Berdasarkan tinjauan ilmu kronologi, percandian Bumiayu ini bermula dari abad ke-9 Masehi, namun aktivitas puncak keagamaan abad ke-10 Masehi.
“Hal tersebut berdasarkan temuan mayoritas keramik di lokasi situs percandian Bumiayu,” ulasnya.
Sondang mengungkapkan, aktivitas keagamaan pada candi 1, 2, 3 diduga bersamaan yakni abad ke-9 Masehi karena sebaran temuan keramik memiliki kronologi yang sama.
Dia juga menyimpulkan bahwa percandian Bumiayu ini terbuat dari material lokal yakni lempung dan lempung tufaan.
Kemudian ragam hias percandian perwujudan lingkungan candi (flora dan fauna),
Percandian ini menurut Sondang, didirikan dalam lingkungan perairan (sungai dan kanal)
“Dengan banyaknya koleksi arca dan ragam hias Museum Sriwijaya maka perlu mendapat rujukan untuk lokasi awal dari temuan tersebut, apakah di candi 1, 2, 3 atau candi keberapa lainnya,” tukas Sondang.