Begitupun dengan partai politik yang seringkali mengutamakan kemenangan dalam pemilu dari pada membangun kader yang berkualitas.
Belum lagi proses seleksi calon yang seringkali tidak transparan sehingga masyarakat sulit untuk berpartisipasi mengetahui kriteria calon pemimpinnya.
Kesimpulannya, salah satu penyebab kekacauan dalam perekrutan calon pemimpin di Indonesia saat ini yang dipenuhi oleh kepopularitasan adalah karena proses perekrutannya yang tidak transparan.
BACA JUGA:Sejarah Baru di Ogan Ilir! Seluruh Parpol All Out Usung Panca-Ardani di Pilkada Serentak 2024
BACA JUGA:Jelang Pilkada 2024, Pj Walikota Palembang Imbau Parpol Berkampanye dengan Santun
Termasuk tidak memenuhi 3 fondasi utama dalam perekrutan calon, seperti elektabilitas yang memperhatikan moral dan integritas.
Kemudian intelektualitas yang memperhatikan cara mengambil keputusan serta kematangan dalam berpikir.
Dan yang terakhir, elektabilitas atau poplaritas.
Yang membuat masyarakat dilema, apakah memilih pemimpin yang popularitas atau kompeten?
BACA JUGA:MK Ubah Syarat Pilkada, Parpol Tanpa Kursi DPRD Bisa Usung Calon Kepala Daerah di Pilkada
BACA JUGA:MEMANAS!! Ribuan Pendemo Lintas Parpol Depan Geruduk Kantor Pemkab Lahat, Ini Tuntutannya
Oleh sebab itulah peran partai politik sangat krusial,mkarena menjadi jembatan bagi masyarakat dengan lembaga pemerintah serta menyediakan wadah dan kesempatan pada masyarakat untuk berpartispasi.
Dengan melihat kriteria dan pola calon pemimpin demi pembangunan politik negara indonesia.
Jadi, masyarakat maupun partai politik memiliki peran yang sama penting dalam menciptakan sistem politik yang sehat.
Masyarakat perlu lebih kritis dalam memilih pemimpin, sementara partai politik harus lebih bertanggung jawab dalam merekrut dan membina kader.