Di era di mana informasi dapat diakses dengan mudah melalui internet, tantangan utama bukanlah kurangnya informasi, tetapi lebih pada kualitas dan kebenaran informasi itu sendiri.
BACA JUGA:Pengaruh Aplikasi Tiktok di Lingkungan Kampus, Mahasiswa Unand Beri Fakta Menggegerkan ini
Banyaknya berita palsu, propaganda, dan narasi partisan di media sosial mengakibatkan kebingungan dan apatisme di kalangan masyarakat.
Oleh karena itu, pendidikan politik yang kritis dan analitis sangat diperlukan untuk membantu individu memilah informasi yang valid dan memahami konteks politik yang lebih luas.
Pendidikan politik di era digital harus mencakup pengajaran tentang literasi media, di mana individu diajarkan untuk mengenali sumber informasi yang kredibel dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Ini penting agar mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi yang pasif, tetapi juga mampu menganalisis dan berpartisipasi aktif dalam diskusi politik.
BACA JUGA:Ga Neko-Neko! Mahasiswa Unand Beber Media Sosial Efektif Meningkatkan Kesadaran Hukum Warga +62
Selain itu, pendidikan politik juga harus menekankan pentingnya partisipasi dalam proses demokrasi, seperti pemilu, diskusi publik, dan gerakan sosial.
Dengan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, individu akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan yang mendukung demokrasi dan keadilan sosial.
Era digital juga membuka peluang baru untuk pendidikan politik yang lebih inklusif dan interaktif.
Platform digital dapat digunakan untuk menyebarkan informasi dan materi pendidikan yang menarik, seperti video, infografis, dan kuis interaktif.
BACA JUGA:Keterampilan Abad 21: Mempersiapkan Generasi Masa Depan Dalam Era Digital Pada Peserta Didik
Selain itu, forum online dan media sosial dapat menjadi ruang untuk diskusi dan dialog yang konstruktif, di mana berbagai pandangan dapat dibahas secara terbuka.