KORANPALPRES.COM - Pembangunan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) merupakan salah satu proyek infrastruktur ambisius yang diharapkan dapat mengubah wajah transportasi dan perekonomian di Pulau Sumatera.
Namun, di balik mimpi besar ini, terdapat proses yang rumit dan tantangan yang tidak sedikit.
Mewujudkan Jalan Tol Trans Sumatera ternyata jauh dari kata mudah, layaknya membalik telapak tangan.
Mari kita telusuri lebih dalam perjalanan panjang yang dihadapi dalam proyek Jalan Tol Trans Sumatera ini.
Visi pembangunan jalan tol di Sumatera berakar dari program Otorita Jalan Raya Lintas Sumatera yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964.
Rencana ini bertujuan untuk membangun jalan lintas sepanjang 2.400 km, menghubungkan Lampung hingga Banda Aceh. Namun, meskipun jalinsum telah terbangun, infrastruktur tersebut kini sering kali tidak dapat diandalkan.
Dengan waktu tempuh yang lama dan sering terjadinya gangguan keamanan, kebutuhan akan infrastruktur modern semakin mendesak.
Pada tahun 2012, Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan, memulai langkah untuk mempercepat pembangunan JTTS.
BACA JUGA:Jalan Tol Trans Sumatera: HKI Percepat Pembangunan Ruas Rengat-Pekanbaru, Rampung Tahun 2026?
Namun, kendala ekonomi dan minimnya minat investor menjadi penghalang besar.
Ini memicu lahirnya Perpres Nomor 100 Tahun 2014, yang menjadi tonggak awal bagi pembangunan proyek ini.
Pembangunan JTTS menghadapi berbagai tantangan, mulai dari masalah pembebasan lahan hingga keterbatasan dana. Medan yang berat di Sumatera juga menambah kompleksitas proyek ini.