Sementara di China, Presiden Xi Jinping mengatakan kepada pasukan Pasukan Roket yang dilengkapi senjata nuklir awal bulan ini bahwa mereka harus "secara komprehensif memperkuat pelatihan dan persiapan untuk perang".
Instruksi itu datang beberapa hari setelah pasukan Beijing menggelar demonstrasi militer skala besar di sekitar Taiwan.
BACA JUGA:Setelah 81 Tahun Bangkai Kapal Selam Era Perang Dunia II yang Hilang Bersama 64 Awak Kapal Ditemukan
BACA JUGA:Rekomendasi 5 Jam Tangan Pilot, Salah Satunya Ada sejak Peninggalan Perang Dunia Pertama
Taiwan telah dikepung jet tempur, pesawat nirawak, kapal perang, dan kapal Coast Guard. Ini adalah keempat kalinya dalam dua tahun terakhir.
Partai Komunis China terus mengklaim pulau demokrasi independen berpenduduk 23 juta orang itu adalah haknya.
China menentang keras semua bentuk kemerdekaan.
Pada beberapa hari sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menyampaikan lagi kesediaannya untuk menggunakan senjata nuklir.
BACA JUGA:Huruf V untuk Victory, Dikaitkan dengan Kampanye Kemenangan Sekutu pada Perang Dunia ke-2
Menlu Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa Barat "mencari masalah" dengan mempertimbangkan permintaan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh mereka guna menyerang jauh di dalam wilayah Rusia.
“Orang Amerika dengan tegas mengaitkan percakapan tentang Perang Dunia III sebagai sesuatu yang, amit-amit, jika itu terjadi, akan memengaruhi Eropa secara eksklusif.”
Sedangkan Rusia terus meningkatkan penggunaan pesawat nirawak dan rudal jarak jauh yang dipasok oleh Korea Utara dan Iran. Sebab persediaannya sendiri berkurang.
“Kami tidak pernah mengalami situasi di mana seseorang mengancam pemerasan nuklir,” kata Dimon, merujuk pada Putin.
BACA JUGA:Unjuk Rasa Mendukung Palestina Merebak di Universitas-universitas Besar AS
BACA JUGA:Genosida di Palestina Harus Dihentikan Karena Melanggar Hukum Etika, dan Norma