Panji minta masyarakat memilih dengan hati nuraninya masing-masing, bukan terpengaruh iming-iming uang pemberian paslon.
Masyarakat harus mengabaikan bila adanya praktik politik uang dengan menolaknya secara tegas.
BACA JUGA:Donor Darah Serentak, Ternyata Polda Sumsel Sumbangkan Angka Fantastis
BACA JUGA:Tim Pusiknas Bareskrim Polri Datangi Polda Sumsel, Ada Apa Ini!
Panji sendiri mengaku secara pribadi sangat menolak adanya praktik politik uang itu.
"Alhamdulillah saya sendiri hingga saat ini tidak pernah mendapatkan manfaat dari hal itu, dan memilih berdasarkan pilihan kita," ungkapnya.
Dengan melakukan penolakan itu, masyarakat dapat memilih pemimpin yang dapat pro rakyat, dengan tidak melakukan praktik politik uang tersebut.
"Kita harapkan masyarakat sadar, dimana kita ketahui Pilkada ini sangat penting menentukan pemimpin yang mampu membawa perubahan, bahwa kita harus melihat visi dan misinya yang pro rakyat," tandasnya.
BACA JUGA:Bawaslu Ogan Ilir Sebut Peran Media Massa Sangat Penting dalam Pengawasan Pilkada Serentak 2024
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Harapkan Dukungan 2 Hal ini agar Pilkada Serentak 2024 Berjalan Normal, Apa Aja?
Tokoh Agama Palembang
Di tempat lain, Tokoh Agama Palembang KH Masagus Ahmad Fauzan Yayan mengatakan, dalam kepemimpinan dalam perspektif Islam itu dituntut untuk menunaikan amanah.
Bahkan juga dapat berlaku adil kepada rakyatnya sebagai seorang pemimpin tanpa adanya praktik politik uang tersebut, terutama kepada rakyat kecil.
"Jadi yang kita maksud dengan adil itu, bukan melakukan penindasan tapi memang seorang pemimpin harus berpihak kepada rakyatnya, khususnya rakyat kecil," urainya.
BACA JUGA:Waduh, KPU Lahat Curi Start Lakukan Coblos dan Perhitungan Suara Pilkada Serentak, Kok Bisa
BACA JUGA:Pilkada Serentak, Kesejahteraan Rakyat dan Tanggung Jawab Yang Terpilih
Ketika ada perselisihan, seperti sengketa antara pengusaha dengan buruh maka dalam Islam seorang pemimpin harus berpihak kepada buruh.