“Saat henda mau bobok (mengupas sedikit dinding tempat pemasangan replika prasasti), awalnya kami kira prasasti candi, ternyata tulisan,” jelasnya.
Kemudian dia mendapati batu granit ini pahatan asli.
Prasasti ini jenis andesit dengan partikel lebih halus.
“Lalu aku konfirmasi pak Totok yang selanjutnya dia berkoordinasi dengan anggota TACB Kemas Ari Panji,” ungkap Wiji.
Akhirnya diputuskan prasasti asli tetap dipertahankan, sementara replika Prasasti pendirian dan peresmian Kantor Ledeng Kantor Walikota Palembang buatan Belanda dipasang di dalam ruangan Office Museum.
Wiji menduga, prasasti asli tersebut ditutupi semen saat Palembang dikuasai oleh Jepang di tahun 1942.
“Karena Jepang ‘kan tidak suka dengan Belanda jadi prasasti tersebut ditutup semen oleh Jepang,” tuturnya.
Kondisi sama pada objek yang juga diduga kuat berupa prasasti di sebelah kanan Gedung Kantor Walikota Palembang.
“Sama juga disemen oleh Jepang namun belum ketahuan apakah ada prasasti tapi sudah dibongkar sedikit dan terlihat batu marmer prasastinya,” beber Wiji.
Atas penemuan kembali prasasti asli Prasasti pendirian dan peresmian Kantor Ledeng Kantor Walikota Palembang buatan Belanda sehingga rencananya sekitar lokasi akan dijadikan spot foto.
“Nanti diberi teras sekitar 1 meter x 20 centimeter depannya ada prasasti pemugaran ini yang akan ditandatangani Pj Walikota Palembang lalu di sini buat jalan dan diberi tangga sehingga bisa menjadi spot foto,” imbuhnya.
Saat ini kondisi prasasti masih bagus dan tetap asli, namun memang dalam perawatan harus diberi anti jamur agar tulisan Belanda itu tampak jelas.