Dalam konteks ini, peran guru sangat penting. Mereka tidak hanya bertindak sebagai pendidik, tetapi juga sebagai teladan.
BACA JUGA:Mahasiswa Universitas Andalas Ajak Pahami Dampak Korupsi dan Pentingnya Menanamkan Nilai Integritas
Guru yang mencontohkan perilaku jujur dan transparan akan lebih mudah memengaruhi siswanya.
Program pelatihan bagi guru tentang pendidikan antikorupsi juga perlu dilakukan agar mereka dapat menyampaikan materi dengan cara yang menarik dan efektif.
Penggunaan metode pembelajaran yang interaktif, seperti diskusi kelompok dan simulasi, dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai korupsi dan dampaknya.
Data menunjukkan bahwa generasi muda di Indonesia sangat rentan terhadap pengaruh negatif praktik korupsi.
BACA JUGA:Hari Anti Korupsi Sedunia, Ternyata Ini Kegiatan Dilakukan Kajari OKU
Menurut survei dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2021, 47% responden berusia 15-24 tahun mengakui bahwa mereka pernah melihat praktik korupsi di lingkungan sekitar mereka.
Angka ini menunjukkan pentingnya intervensi pendidikan untuk membentuk pola pikir yang sehat dan etis.
Dengan memberikan pendidikan antikorupsi yang memadai, kita dapat mendorong generasi muda untuk menjadi agen perubahan yang aktif dalam masyarakat.
Selain pendidikan formal, pendidikan non-formal juga memiliki peran penting dalam mencegah korupsi.
BACA JUGA:Fenomena Korupsi dan Gratifikasi Masih Melekat di Pemerintahan, Ini Kata Wabup OKU Timur
Kegiatan ekstrakurikuler, seperti OSIS, organisasi kepemudaan, dan program komunitas, dapat menjadi wadah untuk memperkenalkan nilai-nilai antikorupsi.