“Kami telah sampaikan kepada Pemkot Pagaralam agar melaksanakan fogging, namun sayangnya, hingga saat ini, tindakan tersebut belum dijalankan, dan akibatnya, banyak warga yang terdampak penyakit DBD,” ungkap Sipil, warga lainnya.
Keengganan Pemerintah Kota Pagaralam dalam menghadapi permintaan fogging menuai keprihatinan di tengah masyarakat.
Meskipun demikian, upaya pencegahan penyakit menular, khususnya DBD, menjadi semakin mendesak, mengingat kondisi geografis Kota Pagaralam yang rentan tergenang air setelah hujan deras yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes aegypti.
Meskipun hingga saat ini, pihak Dinas Kesehatan Kota Pagaralam belum memberikan respons terkait permintaan masyarakat dan meningkatnya angka penyakit pasca-banjir, keprihatinan akan potensi penyebaran penyakit menular semakin memunculkan pertanyaan akan responsibilitas dan kecepatan pemerintah dalam menghadapi dampak kesehatan pasca banjir dan memasuki musim hujan.
BACA JUGA:Cegah DBD, Kodim 0429/Lampung Timur Wilayah Kodam II/Swj Fogging Perumahan Warga
BACA JUGA:DBD Serang Warga Desa Bandar OKU Selatan dan Telan Korban Meninggal Dunia, Imbau Warga Lakukan Ini
Selain penyakit DBD, beberapa penyakit lain seperti batuk, flu, dan demam tinggi juga sudah banyak menimpa warga.
“Saya cemas, 2 anak saya suhu tubuhnya naik turun. Kadang panas tinggi kadang menggigil. Kami sudah bawa ke dokter berkali-kali, tetapi sehari sembuh sehari kemudian kambuh lagi,” kata Sri salah seorang ibu rumah tangga.*