Mahasiswa Unand Ungkap Fakta Screen Time Konsumsi Media Sosial Secara Bijak bagi Generasi Digital Natives

mahasiswa unand ungkap fakta screen time konsumsi media sosial secara bijak bagi generasi digital natives artikel ini ditulis oleh hana tifhatun nisa, mahasiswa ilmu komunikasi universitas andalas dengan judul "edukasi screen time konsumsi media sosial secara bijak di era digital". setelah melalui tahun demi tahun hingga kita berada di era serba digital, perkembangan teknologi tumbuh beriringan menciptakan generasi digital natives. menurut prensky (dalam supratiwi, dkk, 2020) digital natives adalah generasi yang terpapar dan tumbuh bersama teknologi canggih dan mampu menggunakannya dengan baik tanpa mengalami hambatan. hal ini yang membedakan generasi ini dengan generasi sebelumnya, mereka memiliki kebiasaan dan kemampuan dalam mengakses dunia yang luas dengan mudah mendapatkan informasi dengan adaptasi yang cepat bersama internet. baca juga:suramadunya sumatera! telan biaya rp15 triliun, mega proyek ini bakal jadi penghubung babel dan sumsel baca juga:hati-hati! jembatan provinsi di ogan ilir ini bikin ban kendaraan pecah kemajuan media komunikasi dari zaman ke zaman, berawal dari surat kabar, radio, tv hingga kemunculan gawai dibersamai internet membuka peluang masuknya segala bentuk globalisasi. kini keberadaan gawai (handphone) sudah meluas diberbagai kalangan, mulai anak-anak hingga orang tua. hal ini tidak bisa dihindari karena menjadi kebutuhan zaman dalam memperoleh informasi, hiburan, dan berkomunikasi.  sama-sama kita ketahui, sejak pandemi covid-19 di tahun 2020, masyarakat dibatasi segala aktivitasnya dan dialihkan serba online. baca juga:mepererat hubungan generasi polisi saat ini dengan pendahulu, pju polda sumsel mengunjungi beberapa tempat ini baca juga:fakta sejarah jembatan ampera, proyek rampasan perang senilai rp30.000 transformasi ini memberikan perubahan pesat terhadap pola konsumsi bermain handphone yang semakin dominan, media sosial menjadi platform yang paling disenangi semua orang. menurut rafiq (2020), media sosial mengundang siapapun yang tertarik untuk ikut serta dengan berkontribusi dengan ruang umpan balik yang terbuka untuk berkomentar, dan menyebarkan informasi dengan cepat dan tanpa batas waktu. di balik segala kemudahan dan manfaat yang diberikan, media sosial itu sendiri memiliki potensi banyaknya penyalahgunaan yang memberikan dampak negatif. segala sesuatu yang berlebihan pasti akan berdampak buruk, hal inilah yang membuat kita harus mampu mengontrol diri dalam penggunaan media sosial dengan mengoptimalkan screen time dengan menetapkan batasan waktu yang tepat dalam penggunaan media sosial. baca juga:sumatera selatan lebih dekat: tol palembang-jambi hingga rengat hanya 3 jam perjalanan, serap dana rp24,482 t baca juga:telan dana rp9,8 miliar, jembatan gantung ini buka era baru konektivitas ekonomi di sumatera selatan screen time merupakan periode waktu yang dalam bermain gadget terlebih lagi terhadap konsumsi media sosial semakin tidak terbatas dan terlihat lazim dalam aktivitas sehari hari (madigan, dkk, 2019).  di sinilah terlihat bahwa edukasi mengenai screen time konsumsi media sosial baik dari anak-anak hingga orang dewasa perlu diperhatikan. walau orang dewasa sudah memiliki privasi dan hak atas dirinya sendiri, perlu pula kesadaran atas individu itu sendiri dalam memilah bahkan memberikan konten yang positif sebagai sesama pengguna media sosial. apalagi remaja yang berada di usia penuh kelabilan, media sosial dan isinya dapat menjadi jebakan dalam mempengaruhi pandangan mereka terhadap apapun. baca juga:jalin kerjasama dengan tiga stakeholder sar, ini langkah dilakukan basarnas sumsel baca juga:mengubah wajah palembang: flyover senilai rp168 miliar sebagai tonggak baru mobilitas, ini pesan kasatlantas menurut felita (2016) remaja merupakan golongan terbesar di indonesia yang rutin menggunakan media sosial, mereka menggunakan media sosial sebagai ranah mencari perhatian, mencari validasi, dan membangun citra diri. tetapi di balik itu semua membuat mereka ketergantungan yang membuat mereka susah melepaskan diri dari segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan media sosial yang berujung kepada kecanduan yang mempengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosial yang dibangun. kemudian berujung juga kepada penyalahgunaan yang berdampak kepada diri mereka maupun lingkungannya yang dapat berupa penyebaran hoaks, terlibat pornografi, radikalisme, cyber bullying, dan menciptakan perilaku konsumtif (saingo, 2022). melihat fakta lapangan yang ada, banyak sekali kasus-kasus yang disebabkan penyalahgunaan platform media sosial dari oknum yang tidak bertanggung jawab mulai dari pelanggaran privasi, hack, child grooming, cyber crime, dan lain-lainnya yang banyak menargetkan anak-anak, remaja, sekalipun orang dewasa. baca juga:makin cindo! pembangunan tol simpang palembang segera koneksikan jaringan tol sumatera selatan baca juga:serap dana rp168 miliar, flyover ini gunakan inovasi terbaru dalam pembangunan infrastruktur sumatera selatan untuk menghindari segala bentuk hal penyalahgunaan di media sosial, kita dan orang tua perlu mengedukasi diri dan anak-anaknya dalam memberikan batasan bermain smartphone dengan screen time yang tidak berlebihan dan mengontrol. kemudian memantau akses aplikasi-aplikasi media sosial sesuai porsi dan tentu memilih lingkungan konten yang bermanfaat dan positif, menjaga keseimbangan waktu dalam beraktivitas sehari hari, bukan hanya berpatok pada kehidupan online saja tetapi juga kepada kehidupan offline yang realistis dan juga membantu kita dalam membatasi diri dari gadget. kunci menjadi generasi digital natives yang cerdas dengan mampu mengoptimalkan media consumption yang bertujuan memanfaatkan kemajuan dan perkembangan teknologi. ini sebagai jalan panjang kita menuju segala inovasi digital ditahun berikutnya agar kita tidak tabu lagi dan menjadi insan peka terhadap teknologi.

Tag

• # screen time
• # generasi digital natives
• # era digital
• # media sosial

Share

• 
• 
• 
• 
•