https://palpres.bacakoran.co/

Belajar Bersama Guru Sejarah di Museum Negeri Sumsel, Ulas History Hingga Praktik Buat Kain Jumputan Palembang

Plh Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel Amarullah berfoto bersama tamu undangan, peserta dan pemateri Belajar Bersama Guru Sejarah di Museum Negeri Sumsel dengan tema "Melestarikan Seni Kain Jumputan Palembang".--museum negeri sumsel for koranpalpres.com

“Teknik jumputan atau tie dye sendiri sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu di Mesopotamia, India, Peru, Mexico, Yunani, Romawi, Tiongkok, Mesir,” jelasnya. 

Kemudian dilanjutkan temuan kain teknik celup pada ikat penutup mumi Mesir berusia 1000 SM. 

BACA JUGA:Guru Diajak Manfaatkan Museum Negeri Sumsel, Sumber Belajar Sejarah!

BACA JUGA:Liburan Sambil Belajar Sejarah, Inilah 10 Kota Tua di Indonesia yang Layak di Kunjungi, Termasuk Palembang!

Seni bandhu India menyebar ke Tiongkok pada masa dinasti Tang persebarannya meluas hingga Afrika dan juga Asia Tenggara.

Sementara keberadaan Jumputan di Nusantara antara lain di Pulau Jawa dikenal dengan Tritik, Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan Sasirangan.

Lalu jumputan di Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dikenal dengan Cual, sedangkan di Palembang populer dengan jumputan Pelangi.

Menurut Idris, eksistensi seni jumputan saat ini menghadapi 3 problem antara lain ancaman keberadaan, belum didaftarkan pada kekayaan tak benda, serta belum dipakemkan motif dan peruntukan.

BACA JUGA:Lestarikan Tanjak Palembang Sampai Kiamat, Museum Negeri Sumsel Undang Mahasiswa 4 Kampus

BACA JUGA:Nyalakan Spirit Seni Budaya Gen Z, Museum Negeri Sumsel Kembali Gelar Lomba Tari Kreasi Tradisional

Sebagai solusinya, Idris menawarkan beberapa alternatif yakni pengembangan, aplikasi, promosi dan sosialisasi, pendaftaran, penelitian, pemakeman motif dan peruntukan.

Dia mencontohkan metode dalam mempromosikan jumputan Palembang yakni tekstilnya mengangkat cerita rakyat dengan kuat, termasuk kain ikat celup Jumputan Pelangi, motif ikat, songket emas, dan sulaman mewah.

Selain itu untuk upaya pengembangan dapat dilakukan lewat kerja sama dengan instansi terkait mulai dari dinas perindustrian, perdagangan, Museum, LSM, masyarakat, pengrajin, akademisi, budayawan, politisi, desainer, dinas/instansi pemerintah, dan dinas kebudayaan.

Kemudian upaya lainnya berupa gerakan kembali kepada tradisi yaitu pemanfaatan Kain Pelangi Palembang untuk pakaian, perlengkapan pakaian dan hiasan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan