11 Lokasi di Palembang Didatangi Tim Kerajaan Negeri Melaka, Nomor 5 Diduga Makam Hang Tuah
Kepala Museum Negeri Sumsel, Chandra Amprayadi (duduk, paling kiri) bersama Kabag TU Amarullah dan staf, Beni Mulyadi bersama Tim Peneliti dari Kerajaan Negeri Melaka di bawah Rumah Ulu, salah satu koleksi Museum Negeri Sumsel.--museum negeri sumsel for koranpalpres.com
Pada masa mudanya, Hang Tuah beserta 4 teman seperjuangannya, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu membunuh sekelompok bandit-bandit dan 2 orang yang berhasil menghancurkan desa dengan amarahnya.
Bendahara (sederajat dengan Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan sekarang) dari Melaka mengetahui kehebatan mereka dan merekrut mereka untuk bekerja di istana.
Semasa ia bekerja di istana, Hang Tuah telah menemani Sultan Mansur Syah dalam berbagai tugas kenegaraan.
Dalam kunjungan diplomatik ke Majapahit, Hang Tuah berduel dengan seseorang petarung dari Jawa yang terkenal dengan sebutan Taming Sari.
BACA JUGA:Tertarik Temuan Prasasti Bukit Seguntang, Museum Negeri Sumsel Bikin Acara di Desa Ini
Dalam duel tersebut Hang Tuah berhasil membunuh Taming Sari, dan keris peninggalan Taming Sari lalu dianugerahkan oleh Raja Suraprabhawa kepada Hang Tuah.
Hang Tuah pernah dituduh berzina dengan pelayan Raja, dan di dalam keputusan yang cepat, Raja menghukum mati Laksamana yang tidak bersalah.
Namun, hukuman mati tidak pernah dikeluarkan, karena Hang Tuah dikirim ke sesebuah tempat yang jauh untuk bersembunyi oleh Bendahara.
Setelah mengetahui bahwa Hang Tuah akan mati, teman seperjuangan Hang Tuah, Hang Jebat, dengan murka ia membalas dendam melawan raja, mengakibatkan semua rakyat menjadi kacau-balau.
Raja menyesal menghukum mati Hang Tuah, karena dialah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk membunuh Hang Jebat.
Secara tetiba, Bendahara memanggil kembali Hang Tuah dari tempat persembunyiannya dan dibebaskan secara penuh dari hukuman raja.