Tradisi Ramadan Masyarakat Gorontalo: Langgilo Sebelum, Malam Qunut Pertengahan dan Tumbilotohe Jelang Akhir

Tradisi Bacoho, warga Gorontalo menggunakan berbagai daun wangi sebagai sampo alami untuk membersihkan dan membuat rambut wangi sebelum Ramadan.-hibata-
Mongaruwa adalah tradisi doa arwah menjelang Ramadan yang dipercaya membawa keberkahan bagi keluarga. Hal ini juga menunjukkan solidaritas dan kepedulian antarwarga bahkan kepedulian kepada warga yang sudah meninggal.
BACA JUGA:Ini Tradisi Ramadan Masyarakat Kalimantan Timur yang Masih Kental
BACA JUGA:7 Tradisi Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan dalam Menyambut Kedatangan Ramadan
Tumbilotohe
Ini merupakan tradisi memasang lampu menjelang berakhirnya bulan Ramadan yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo.
Festival Green Tumbilotohe bahkan menjadi event yang berbasis keunikan tradisi lokal dan mendukung Pariwisata Hijau yang dilestarikan di Gorontalo.
Malam Qunut
Pada pertengahan Ramadan, masyarakat Kabupaten Gorontalo menyambut tradisi unik yang telah berlangsung secara turun-temurun, yakni Malam Qunut.
BACA JUGA:Tradisi Ramadan di Kalimantan Tengah, Ada Tradisi Keriang Keriut dan Lainnya
BACA JUGA:Inilah 5 Tradisi Jelang Ramadan di Kalbar yang Khas dan Masih Bertahan
Tradisi ini digelar setiap 15 Ramadan dan ditandai dengan kemunculan pasar malam khas di Kecamatan Batudaa, yang didominasi oleh pedagang pisang dan kacang.
Pasar malam tersebut warga berbondong-bondong datang untuk membeli pisang dan kacang sebagai bagian dari perayaan tradisi ini. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri.
Malam Qunut merupakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas setengah perjalanan ibadah puasa yang telah dijalani.
Tradisi ini mempunyai akar sejarah panjang di Gorontalo. Konon dari cerita yang berkembang, dahulu masyarakat Batudaa memiliki kebiasaan mandi bersama usai salat Tarawih pada malam pertengahan Ramadan.
BACA JUGA:Selain Nyekar, Ini 7 Tradisi Sambut Ramadan di Jawa Timur