Tadi sudah disebutkan dalam hadits bahwasanya orang yang suka menunda-nunda ifthar adalah Yahudi dan Nasrani dan ternyata ini dilakukan juga oleh orang-orang syi’ah atau rafidhah.
Mereka baru berbuka puasa (ifthar) ketika muncul bintang-bintang di langit artinya sudah malam sekali yakni menjelang waktu Isya’ atau lebih.
Semoga kaum muslimin dijauhkan dari sifat-sifat Yahudi, Nasrani dan Rafidhah ini.
BACA JUGA:Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Hindari 5 Hal ini Saat Berpuasa, Apa Aja?
Dengan demikian teladan pertama berbuka puasa sesuai tuntunan Rasulullah yakni menyegerakan berbuka puasa sebelum Salat Maghrib.
Pernah suatu saat di zaman sahabat terjadi diskusi antara seorang tabi’in yang bernama Masruq dengan ummu al-mukminin Aisyah radhiyallahu ta’ala ‘anha.
Masruq bertanya dan berharap pendapat dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Wahai Ummu Al-Mukminin, ada dua orang sahabat Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam yang pernah saya ketahui, salah satu dari mereka ketika datang waktu maghrib dia menyegerakan ifthar kemudian salat dan yang satunya menunda ifhtar dan menunda salat.”
BACA JUGA:Apa Itu Tauhid? Yuk Kenali 2 Rukunnya, Ini Kata Ustaz Abdullah Roy
Maka Aisyah radhiyallahu ‘anha balik bertanya: “Siapa diantara mereka yang menyegerakan ifthar dan menyegerakan salat?”
Dia pun mengatakan, “Abdullah bin Mas’ud.”
Kemudian Aisyah radhiyallahu ‘anha menegaskan bahwa “Itulah yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.”
Artinya Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam makan ifthar dulu baru salat maghrib.
Jadi Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam jika betul-betul sudah masuk waktu maghrib beliau segera mengerjakan ifthar kemudian beliau salat atau tidak menunda-nunda ifthar kemudian salat.
Juga atsar lain, dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu di dalam riwayat Ath Thabrani di dalam Al Mujam Al Kabir dan dihukumi mauquf tetapi memiliki hukum marfu sampai kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.