Masih Relevan Kah Teori Kultivasi Media Massa Sekarang?

Jumat 07 Jun 2024 - 17:18 WIB
Reporter : Trisno Rusli
Editor : Trisno Rusli

Artikel berjudul Masih Relevan Kah Teori Kultivasi Media Massa Sekarang? Ditulis oleh Galih Priambodo,S.Pd.,M.I.Kom dan Nadia Sutia

Secara umum, Cultivation Theory pertama kali dikemukakan oleh George Gerbner pada tahun 1960-an, menyajikan perspektif yang kaya terkait dengan pengaruh media massa pada pemahaman dan persepsi kita terhadap realitas.

Teori ini tidak hanya terkait dengan pergeseran persepsi individu, tetapi juga memiliki relevansi yang signifikan dalam membahas perubahan media, ekonomi, politik, dan kepemilikan di era kontemporer.

Cultivation Theory mendasarkan dirinya pada gagasan bahwa paparan yang berlebihan terhadap pesan media, terutama dari televisi, membentuk pandangan dunia yang seragam di kalangan pemirsa (AR, 2018).

BACA JUGA:Sempat Ditutup 2 Bulan, Flyover Sekip Ujung Dibuka Tanpa Peresmian

BACA JUGA:4 Rekomendasi Parfum Eau De Cologne untuk Pria dari Gatsby, Aromanya Menyegarkan!

Dengan kata lain, semakin banyak orang terpapar terhadap konten tertentu, semakin besar kemungkinan mereka akan mengadopsi pandangan yang dihadirkan dalam konten tersebut.  

Dalam konteks perubahan media saat ini, Cultivation Theory memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana evolusi teknologi memengaruhi cara kita memandang dunia.

Seiring dengan pergeseran dari media tradisional ke media digital, paparan terhadap konten digital memiliki dampak besar pada cara kita membentuk pemahaman tentang realitas.

Cultivation Theory dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana penggunaan platform media sosial, video online, dan berbagai bentuk konten digital lainnya memengaruhi persepsi tentang isu-isu tertentu.

BACA JUGA:Banyak Pengaduan PPDB SMA Favorit di Sumsel, Ombudsman Minta Klarifikasi Sekolah, Hasilnya?

BACA JUGA:Mantan Pejabat Disdik Palembang Beberkan Perilaku Kecurangan PPDB SMP, Ternyata Ada di 2 Jalur Ini

Dalam era konten digital, Cultivation Theory juga dapat diterapkan untuk memahami bagaimana algoritma personalisasi dan rekomendasi konten memainkan peran dalam membentuk filter bubble di mana individu terpapar terutama pada konten yang sesuai dengan pandangan mereka (Waluyo, 2018).

Hal ini memunculkan pertanyaan kritis tentang keragaman perspektif dan sejauh mana individu terpapar pada pandangan yang berbeda.

Secara  ekonomi, media selaras dengan perubahan dalam budaya konsumsi dan teknologi.

Kategori :