Khusus untuk artefak dari eks Balar Sumatera Selatan, debu efek dari renovasi kantor juga sudah tebal. Dan ini tentunya bisa berdampak serius terhadap kondisi artefak.
“Artefak di Cibinong bukan harga mati, masih bisa dikembalikan ke daerah asal masing-masing, namun memang butuh kesabaran dan komitmen dari stakeholder yang menginginkan artefak tersebut dikembalikan ke daerah,” katanya.
Oleh sebab itulah, dia bersama arkelog yang pernah bertugas di Palembang akan memantau keadaan artefak di Cibinong.
Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk kecintaan dan kepedulian kami terhadap artefak.
“Sesungguhnya kami yang ada dalam proses perpindahan tersebut selalu menahan air mata setiap harinya, namun saya berharap agar kami bisa sabar. Namun, ya apa boleh buat. Dengan amat sangat terpaksa kami harus merelakan, artefak-artefak itu diselamatkan ke Cibinong,” tambahnya.
BACA JUGA:Bandara SMB II Palembang Saksi Bisu Pintu Gerbang Even Internasional, Sempat Anggarkan Rp448 Miliar
Sebenarnya, sebelum Puslit Arkenas dan Balar-Balar bergabung ke BRIN, dia sudah menawarkan artefak-artefak tersebut ke pemda dan museum-museum.
Untuk Sumbagsel yang menanggapi tawaran Balar Sumsel adalah Pemkab Musi Banyuasin dan Pemkab Bangka Barat.
“Sayangnya, tidak ada tindak lanjutnya sampai akhirnya artefak-artefak tersebut diangkut dengan menggunakan 4 truk dan dibawa ke Cibinong,” sesalnya.