Selain untuk menghindari terjadinya bullying di lingkungan kampus tersebut.
BACA JUGA:HEBAT! 2 Kampus Asal Sumatera Terbaik Versi QS WUR 2025, Berikut Daftarnya
BACA JUGA:PLN-Kementerian ESDM Gelar Pelatihan Konversi Motor Listrik ke SMK di Jakarta
Analisis Kasus: Bullying Akibat Perbedaan Bahasa dan Budaya
Di lingkungan kampus, tantangan utama bagi mahasiswa dari luar daerah adalah culture shock terkait perbedaan bahasa dan budaya, pada umumnya hal ini biasa terjadi bagi para mahasiswa baru yang berkuliah di luar kampung halaman atau mahasiswa perantauan.
Mahasiswa perantauan tersebut yang umumnya berasal dari desa yang biasa berkomunikasi menggunakan bahasa dari daerahnya itu.
Sehingga mereka jarang menggunakan bahasa formal Indonesia.
Salah satu contohnya yaitu adalah mahasiswa afirmasi yang berkuliah sangat jauh dari kampung halamannya, seperti mahasiwa afirmasi papua yang berkuliah dikampus sumatera Barat.
Beberapa mahasiswa afirmasi tersebut biasanya terbiasa berbahasa daerah di kampungnya sehingga hal itu menjadi salah satu penghalang saat ingin melakukan interaksi dengan mahasiswa di kampus tersebut.
Biasanya sering terjadi misscommunication atau kesalahpahaman saat mereka berusaha berbicara dengan mahasiswa di sana yang di mana di lingkungan kampus tersebut mayoritasnya adalah anak yang berasal dari Sumatera Barat itu sendiri.
Karena perbedaan budaya dan bahasa dari Papua yang sangat jauh dari lingkungan Sumatera Barat menjadi faktor mahasiswa afirmasi tersebut memiliki kendala saat ingin bersolialisasi.
BACA JUGA:5 Kampus Negeri Tertua di Pulau Sumatera, Ada yang Sejak 1952, Palembang Termasuk?
BACA JUGA:SD Negeri 20 Palembang Sepi Peminat, Warganet Ungkap Alasannya
Dan pada akhirnya mahasiswa afirmasi tersebut lebih memilih berinteraksi dengan teman sesamanya dibandingkan mahasiswa lain.