Mereka mungkin diejek atau diucilkan karena gaya bicara atau aksen yang berbeda, yang pada akhirnya dapat mengurangi rasa percaya diri dan kenyamanan mereka dalam berinteraksi sosial.
Selain itu, budaya kampus yang cenderung lebih mengakomodasi budaya mayoritas atau bahasa nasional dapat meningkatkan kesulitan bagi mahasiswa minoritas untuk berintegrasi.
Mereka mungkin merasa terpinggirkan atau sulit mendapatkan tempat dalam lingkaran sosial utama.
BACA JUGA:Tersebar Chat Dugaan Pungli PPDB SMP di Palembang, 1 Siswa Rp3 Juta
Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk membentuk hubungan sosial yang solid dan berkelanjutan di lingkungan kampus.
Penting untuk memahami bahwa pengalaman ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan emosional mahasiswa, tetapi juga bisa mempengaruhi hasil akademis mereka.
Rasa tidak nyaman dan stres yang disebabkan oleh bullying atau isolasi sosial dapat mengganggu fokus belajar dan prestasi akademis.
Solusi untuk masalah ini melibatkan pendekatan inklusif dan edukasi yang lebih baik tentang keberagaman budaya di lingkungan kampus.
Institusi pendidikan dapat mempromosikan kesadaran akan nilai-nilai toleransi dan menghormati perbedaan, serta mengembangkan program yang mendukung integrasi sosial bagi mahasiswa dari latar belakang budaya yang berbeda.
Dengan demikian, kampus dapat menjadi tempat yang lebih ramah dan mendukung bagi semua mahasiswa, di mana keberagaman dihargai sebagai kekayaan yang memperkaya pengalaman pendidikan dan sosial mereka.
Saran dan Motivasi bagi Mahasiswa Minoritas
Untuk mengatasi masalah ini, mahasiswa minoritas perlu diberikan dukungan dan motivasi agar lebih percaya diri dalam bersosialisasi di lingkungan kampus, antara lain:
BACA JUGA:Jumlah Jemaah Haji yang Wafat di Tanah Suci 1.301 Orang, Penyebabnya Panas Ekstrem