“Hal tersebut menegaskan otoritas dan kekuatan,” imbuh Retno.
Lalu untuk figur feminin cenderung digambarkan dengan postur yang lebih santai dan ekspresi wajah yang lembut.
“Ini mencerminkan kedamaian dan peran pengasuhan,” tambahnya lagi.
Menurut Retno, pembagian peran gender yang terlihat pada arca megalitik mencerminkan struktur sosial masyarakat megalitik Sumsel.
Di mana pria dan wanita memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda namun saling melengkapi.
Kehidupan masyarakat sudah tertata yang terlihat dari adanya pembagian kerja sesuai dengan peran masing-masing.
Pembagian kerja antara lain berburu, membuat logam, membuat gerabah, dan pengaturan secara sosial.
Terdapat pekerjaan yang dikerjakan secara gotong royong oleh laki-laki dan perempuan untuk kepentingan orang banyak.
Ia mencontohkan, seperti membuka hutan untuk berladang, membakar semak belukar, menabur benih, berburu, menangkap ikan, dan kegiatan tukar menukar.
Terdapat juga pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan saja, seperti membuat gerabah, mengurus bayi dan anak di bawah umur, serta mencari ikan di perairan dangkal.
Semua pekerjaan dilakukan atas kepentingan bersama, di atas kepentingan individu, dan dipimpin oleh tokoh tetua dan berwibawa yang dicapai melalui sistem primus interpares, atau terbaik di antara sesama.
Lebih lanjut Retno menilai simbolisme gender dalam arca megalitik koleksi Museum Negeri Sumsel memberikan wawasan penting tentang peran dan status gender dalam masyarakat megalitik.
Hal ini menegaskan bahwa arca megalitik tidak hanya berfungsi sebagai artefak sejarah, tetapi juga sebagai refleksi dari kompleksitas sosial dan spiritual masyarakat megalitik Sumsel.
Simbolisme gender dalam arca megalitik koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera mencerminkan peran dan status gender dalam masyarakat megalitik Sumatera.
Arca dengan atribut maskulin dan feminin menunjukkan adanya pembagian peran yang jelas serta nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat pada masa itu.
“Memahami simbolisme gender ini membantu kita untuk lebih menghargai dan memahami warisan budaya serta struktur sosial masyarakat masa lalu,” tukas Retno.