Narasumber lainnya, penggiat budaya Sumsel yakni Dr A Erwan Suryanegara MSn yang mengkaji dan meneliti megalitik koleksi Museum Negeri Sumsel dari sudut pandang Seni Rupa.
Menurut Erwan, berdasarkan data artefaktual-arkeologis yang ada di Museum Negeri Balaputra Dewa, semuanya adalah artefak megalitik yang berasal dari Bumi Pasemah.
Artefak megalitik asal Bumi Pasemah ini, baik artefak asli maupun replika dari artefak yang asli.
Keberadaan artefak megalitik Pasemah khusus yang asli menjadi bagian koleksi dari Museum Negeri Balaputra Dewa, diperkirakan sejak masa kolonial Belanda dan diduga untuk kebutuhan penelitian pada masa itu.
Hanya saja hal tersebut patut sangat disayangkan, karena saat memindahkan artefak-atefak megalitik tersebut, mereka ternyata mengabaikan beberapa data penting.
Terutama data Arah Hadap (orientasi) dari masing-masing artefak megalitik tersebut.
Bahkan mungkin termasuk juga mengabaikan data Titik Koordinat dari posisi/lokasi artefak itu saat ditemukan di area kulturnya (situsnya) masing-masing.
Dalam kajian Ilmu Seni Rupa yang sudah dilakukan, artefak-artefak tinggalan megalitik Pasemah terbagi dalam 3 kategori
Ke-3 kategeri ini masing-masing Artefak Megalitik Seni Rupa, Atefak Megalitik Bukan Seni Rupa, dan Artefak Megalitik Berunsur Seni Rupa.
Untuk Artefak Megalitik Seni Rupa, adalah artefak-artefak megalitik yang sebelumnya disebut oleh para arkeolog sebagai artefak jenis Arca.
Maka dalam seni rupa artefak tersebut disebut Patung Megalit.
Untuk Artefak Megalitik Bukan Seni Rupa, adalah seperti: Batu Datar, Lumpang Batu (batu Dakon), Lesung Batu, Menhir (batu tegak), Kubur Batu, dan Dolmen.
Sementara untuk artefak Megalitik Berunsur Seni Rupa, adalah Menhir Berelief, Batu Bergores, Dinding Batu Bergores, dan Lukisan Dinding Kubur Batu.
Perlu diperjelas disini, para arkeolog yang lebih awal meneliti tinggalan-tinggalan artefak megalitik di Dataran Tinggi Pasemah.
Tentunya mereka melihat tinggalan-tinggalan monumen megalitik itu khususnya arca, menggunakan sudut pandang konsep Megalitik.
Sebagaimana diungkapkan RP. Soejono: Apapun medianya, mau batu, ranting atau daun sekalipun, selama orientasinya kepada Pemujaan Arwah Leluhur, itu adalah Megalitik.