Berbahasa santun tidak hanya tentang menggunakan kata-kata sopan, tetapi juga memperhatikan konteks situasi, usia lawan bicara, dan norma sosial yang berlaku.
Terdapat definisi dari istilah “Kesantunan Berbahasa” yang telah dikaji oleh para peneliti.
BACA JUGA:Gelar Muswil IV di Whyndam OPI Hotel, ini Daftar Agenda yang Dibahas IGRA Sumsel
Omar (2002) mengaitkan ‘Kesantunan Berbahasa‘ dengan penggunaan bahasa sehari-hari yang tidak dapat menimbulkan kegusaran, kemarahan, dan rasa tersinggung dari pihak pendengar.
a. Bentuk atau Contoh Ketikan Mahasiswa yang Kurang Baik di Media Sosial
Ada banyak bentuk atau contoh ketikan mahasiswa yang kurang baik di media sosial yang sering digunakan oleh mahasiswa, seperti:
- Dalam bahasa Indonesia, contohnya menggunakan nama binatang seperti anjing, babi, monyet, dll.
BACA JUGA:Kesantunan Berbahasa, Aset Penting bagi Mahasiswa di Lingkungan Kampus
Beberapa contoh lainnya dengan melesetkan nama Binatang seperti anjir, anjrit, anjay, dll.
- Dalam bahasa daerah yang bersifat kasar, contohnya di minang kato ampek santiang.
- Dalam bahasa asing, seperti bahasa Korea yaitu kata shibal, dan dibahasa Jepang salah satunya yaitu kuso, dan contoh lainnya yaitu kata fuck pada bahasa Inggris.
- Ketikan yang mengandung unsur sarkas, menghina, mengejek, atau lain hal yang membuat orang lain marah, tidak senang, atau tersinggung serta tidak nyaman.
BACA JUGA:Universitas Tridinanti Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru, Cek Syarat dan Jadwalnya
- Emoticon yang kurang baik.
- Menjuluki orang lain dengan julukan yang tidak baik, contohnya menjuluki seseorang dengan kata “si bodoh” dikarenakan ia merupakan seseorang yang tidak terlalu berprestasi, atau menjuluki orang lain dengan kekurangan yang dimilikinya baik fisik, mental, atau yang lainnya.
b. Pengaruh Munculnya Ketikan yang Kurang Baik di Media Sosial