Mereka dipandu oleh pembimbingnya agar dapat menari dan selaras dengan para pemain yang lain.
BACA JUGA:Peduli Lingkungan Lewat Kesenian ala UKMK Teater Arafah UIN Raden Fatah, Ini Penjelasannya
“Bagaimana caranya? Silahkan saja hadir di Museum SMB II besok dan saksikan langsung ya,” ucap pentolan Teater Gaung ini mengundang penasaran.
Melihat langsung proses latihannya di pelataran depan Museum SMB II, sejatinya drama musikal ini layak ditonton.
"Kami mengajak warga Palembang untuk menyaksikan sajian yang kami ramu sedemikian rupa, mengkolaborasikan teater, musik, tari, dam seni rupa dalam satu pentas yang menarik," pungkas Amir.
Sebagaimana cerita yang berkembang di tengah masyakarat, legenda Pulo Kemaro menceritakan kisah cinta antara jejaka Tan Bun An asal Negeri Tiongkok dengan seorang gadis bangsawan Palembang bernama Siti Fatimah.
BACA JUGA:Varuna, Pengalaman Bersantap Teater Bawah Air Pertama di Indonesia
BACA JUGA:MURI dan Setengah Abad Pentas Teater Keliling
Dalam prosesi lamaran disepakati Tan Bun An akan menyerahkan mahar berupa 7 guci emas yang akan dikirim orang tuanya dari Tiongkok.
Ketika sampai di pelabuhan, guci-guci itu disangka Tan Bun An berisi asinan sawi, bukan emas.
Merasa dipermainkan orang tuanya, Tan Bun An yang emosi bercampur malu membuang satu persatu guci tersebut.
Namun, ketika sampai pada guci ketujuh, kaki Tan Bun An terpeleset, guci terhempas dan ketahuan bahwa guci tersebut berisi emas.
BACA JUGA:Lestarikan Peninggalan Nenek Moyang, Teater Potlot Gelar Program Bersenandung di Perahu Kajang
BACA JUGA:Wah! Ternyata Dukungan Pemerintah Masih Kurang Terhadap Perkembangan Teater di Palembang
Timbullah penyesalan pada Tan Bun An yang terlanjur tersulut emosi membuang 6 guci sebelumnya.