Kemudian Dr Hudaidah SPd MPd, seorang dosen Sejarah dari FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri).
Berikutnya, Eka Nuraini S.Tr.Par., staf Poltekpar Palembang dan pemerhati pariwisata.
Lalu dua staf Koleksi UPTD Museum Negeri Sumatera Selatan, Beny Pramana Putra SS dan Trisseda Angraini MPd.
BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Telusuri Jejak Marga, SMB IV Dorong Pembuatan Perda, ini Pendapat 4 Akademisi
BACA JUGA:Beri Pemahaman Sejarah dan Budaya Ke Masyarakat, Museum Negeri Sumsel Gelar Seminar Hasil Kajian
Mengawali pemaparannya, Wahyu Rizky Andhifani mendatangkan pengertian prasasti yang berasal dari Bahasa Sanskerta.
Praśaśti, dari akar kata śamś yang berarti pujian, yaitu tulisan berupa sajak untuk memuji raja.
Tertulis pada benda yang keras dan tak terulang. Prasasti memuat seluruh aktivitas raja yang dibuat atas perintah raja itu sendiri.
Walaupun demikian ada banyak juga prasasti yang berisikan tentang aktivitas masyarakat yang tidak diketahui atau dikenal.
BACA JUGA:6 Tahun Berturut-Turut Gelar Sang Juara, Museum Negeri Sumsel Semakin Dicintai Gen Z
BACA JUGA:Museum Masuk Desa, Cara Cerdas Pemprov Sumsel Lestarikan Warisan Sejarah dan Budaya
Hal tersebut dikarenakan dalam isi prasasti yang tidak terlalu penting biasanya ditulis sesingkat mungkin.
Aksara Pallawa yang tertua terdapat pada prasasti-prarasti berupa yupa yang ditemukan di daerah Kutai di abad IV Masehi.
Penemuan itulah yang menjadi sejarah atau titik tolak tradisi tulis pertama di wilayah Nusantara.
Setelah penemuan yupa-yupa tersebut, di abad V Masehi ditemukan lagi beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
BACA JUGA:LUAR BIASA! Di Puncak Hari Kearsipan Nasional, Museum AK Gani Palembang Terima Penghargaan