BACA JUGA:Wah! Ada GSS di Museum Negeri Sumsel Dipadati Siswa Sekolahan
Dan setelah itu di abad VII Masehi, muncullah prasasti-prasasti Kedatuan Sriwijaya yang ditemukan di wilayah Palembang dan sekitarnya dengan menggunakan Bahasa Melayu Kuno.
Tak kurang 45 Prasasti peninggalan masa Kedatuan Sriwijaya yang telah ditemukan, masing-masing 24 prasasti panjang dan 21 prasasti pendek.
Ke- 45 prasasti itu berisikan Maklumat, Ancaman atau Sapatha, Ajaran Agama Buddha dan Jaya Siddhayatra.
Secara etimologi, siddhayatra berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta:
BACA JUGA:Bikin Turis Mancanegara Terpana, Ini Sejarah Kain Batik Milik Istri AK Gani di Museum Negeri Sumsel
Siddha yang berarti tercapai, terlaksana, atau sempurna, dan berasal dari akar kata “sidh” yang berarti “mencapai” atau “meraih”.
Kemudian yatra artinya perjalanan, ziarah, atau ekspedisi, dari akar kata “ya” yang berarti “pergi” atau “bergerak”.
Untuk di Museum Sriwijaya TWKS Palembang punya koleksi 14 prasasti yang 5 di antaranya merupakan Prasasti Siddhayatra.
Pertama, Prasasti Siddhayatra 04.16 Kambang Purun berupa Jayasiddhayatra Sarwwasatwa yang artinya, “Perjalanan suci yang berjaya bagi semua makhluk”.
BACA JUGA:Gelar Seminar Kajian Koleksi Hibah, Museum Negeri Sumsel Terima Puluhan Barang Bersejarah
Kedua, Prasasti Siddhayatra 04.17 Kambang Purun yakni Jayasiddhayatra yang artinya, “perjalanan suci yang berjaya”.
Ketiga, Prasasti Siddhayatra 04.18 Kambang Purun berupa Jayasiddhayatra Sarwwasatwa yang artinya, “Perjalanan suci yang berjaya bagi semua makhluk”.
Keempat, Prasasti Siddhayatra 04.19 Kambang Purun yakni Jayasiddhayatra Sarwwasatwa yang artinya, “Perjalanan suci yang berjaya bagi semua makhluk”.