Sejurus kemudian Muslim mengajak putrinya, Azka Amalia SP MSi untuk menelusuri dan meneliti penyakit gugur daun pada tanaman karet.
BACA JUGA:Depo Telapak Tani Kirana Megatara, Jalan Tol Kemakmuran bagi Petani Karet Banyuasin
BACA JUGA:Harga Karet Melejit Hingga Tembus Rp12 Ribu per Kg, Petani di OKU Timur Semangat Kembali
Untuk diketahui, Azka Amalia menamatkan gelar S1 Agribisnis di Unsri dan baru saja selesai S2 Agribisnis di IPB Bogor.
Selama berbulan-bulan, Muslim dan putrinya, Azka dengan keras mengadakan berbagai ujicoba dan meneliti di lapangan.
Keduanya menguji laboratorium produk untuk mengatasi penyakit karet tersebut.
Di awal penelitian, jelas Muslim, mereka menemukan hal berbeda dengan pendapat yang berkembang dalam FGD di Balai Penelitian Karet Sembawa.
BACA JUGA:Pekebun Sumbringah, Harga Getah Karet di Lahat Kembali Bergairah, Bentuk Koperasi Jalankan PPB
Dalam FGD tersebut dikatakan bahwa serangan penyakit gugur daun merah berasal dari daun karet, bukan akar.
Asumsi awal mereka berdua, secara kodrati, setiap makhluk hidup tidak bisa kebal dari penyakit.
Menurut mereka, tanaman karet ini sama dengan manusia.
Muslim menjelaskan, apabila dari perspektif medis, serangannya pasti dilakukan terhadap organ rentan dan paling penting serta mempengaruhi organ-organ lainnya.
BACA JUGA:Sahat Maruli Tua Sihite, Kisah Perjuangan Penyadap Karet Jadi Prajurit TNI AD
BACA JUGA:Produksi Karet Menurun Harga Pupuk Subsidi di Lahat Melejit Sampai Segini
“Organ paling penting tanaman karet itu ya akarnya,” urai Muslim membuka awal temuannya.