Tari Kebagh, yang sangat digemari di daerah Besemah pada masa lampau, merupakan warisan budaya Sumatera Selatan yang kaya makna.
Sayangnya, pada tahun 1940-an, pemerintah kolonial Belanda melarang pementasan tarian ini, sehingga keberadaannya sempat terhenti untuk sementara waktu.
Tari Kebagh merupakan tarian yang dipentaskan untuk menyambut tamu, sering dipentaskan pada acara resmi seperti resepsi pernikahan.
BACA JUGA:Pelestarian Tradisi Lisan Sumatera Selatan, Kearifan Lokal yang Tergerus di Era Global
BACA JUGA:UNIK, SMPN 2 Lahat Tampilkan Tarian Tradisional Ini Lho di Smansa Cup 18 Muara Enim
5. Tari Sambut Silampari
Tari Sambut Silampari berkembang pada tahun 1950-an di Sumatera Selatan dan biasanya dipentaskan dalam suatu hajatan.
Konon, para tetua kampung dengan kekuatan supranatural memanggil peri dari kahyangan untuk turun ke bumi dan menghibur masyarakat pada hajatan tersebut.
Setelah selesai menari, peri-peri tersebut akan kembali ke asalnya. Gerakan tarian ini menggambarkan kegembiraan dan keramahan masyarakat Sumatera Selatan dalam menyambut tamu.
BACA JUGA:Festival Pamalayu Sebagai Ajang Pelestarian Budaya Serta Peningkatan Ekonomi Masyarakat
BACA JUGA:Pj Wako Ajak Generasi Milenial Berperan Aktif dalam Pelestarian Lingkungan
6. Tari Begambo
Tari Begambo, buah karya seorang seniman dari Dusun Toman, Kecamatan Babat Toman, merupakan cerminan kehidupan masyarakat Toman yang erat kaitannya dengan tanaman gambo.
Tarian ini menggambarkan seluruh proses pengelolaan tanaman gambo, mulai dari penanaman, perawatan, hingga panen.
Gerakan-gerakannya menggambarkan bagaimana masyarakat Toman dengan telaten dan penuh kasih sayang mengelola tanaman gambo yang memiliki beragam khasiat, seperti obat flu bagi ibu dan bayi.
BACA JUGA:Dukung Pelestarian Lingkungan Hidup, MedcoEnergi Tanam 1,39 Juta Pohon di Sumsel