Berikutnya Idris mengulas motif jumputan Palembang antara lain bintang lima, bintik lima, kembang janur, cuncung, bintik sembilan, bintik tujuh, dan bintik-bintik.
Masih dalam pemaparannya di hadapan peserta, Idris mengurai periodesasi Sejarah Kain Pelangi di Palembang yakni:
1. Histori budaya tenun dalam budaya Melayu sejak masa nirleka.
2. Masa klasik Hindu-Buddha di Sumsel.
BACA JUGA:Sukses di Era Digital! Museum Negeri Sumatera Selatan Bikin Aksi Perubahan Besar-Besaran
3. Migran bangsawan Jawa masa awal kerajaan Palembang.
4. Masa Kesultanan Palembang.
5. Masa kolonial.
6. Masa kemerdekaan.
BACA JUGA:Belum Ramah Difabel, Disbudpar Sumsel Dorong Peningkatan SDM Pemandu Museum Negeri Sumsel
BACA JUGA:Luar Biasa! Museum Negeri Sumsel Terima Hibah Alquran Tulisan Tangan Kiyai Delamat Berusia 2 Abad
Untuk tahap selanjutnya, Periode Keemasan Kebudayaan Palembang yakni terjadi pada awal abad 17 sampai dengan awal abad 19 di mana Kesultanan sebagai patron kebudayaan.
Kejatuhan dan dihapusnya Kesultanan Palembang Darussalam pada awal abad 19 berdampak pada bergantinya patron ke tangan penjajah Belanda sampai tahun 1942.
Belanda meneruskan kebijakan politik budaya tradisional di Palembang dan disesuaikan dengan kebijakan kolonial.
Namun kebudayaan kehilangan payung yang melindungi, mengatur dan mengembangkan kebudayaan.