Generasi Z memiliki akses yang luas pada platform-platform media sosial yang secara tidak sadar telah membentuk gaya berkomunikasi yang berbeda dan unik.
BACA JUGA:SMPN 11 Palembang Peringati Hari Guru Nasional ke 78, Ini Pesannya
Perbedaan paling tampak dalam gaya berkomunikasi generasi Z adalah evolusi bahasa dan gaya komunikasi. generasi Z lebih senang dengan gaya berkomunikasi yang santai dan bersahabat, hal tersebutlah yang membuat banyaknya meme, stiker dan emoji, serta bahasa singkat dan gaul yang menjadi bagian yang tak terlupakan oleh generasi Z setiap menyampaikan pesan melalui media sosial.
Perkembangan bahasa slang baru, pencampuran dengan bahasa inggris, penyingkatan bahasa dan adaptasi terhadap gaya baru menjadi ciri dari generasi Z.
Penulis yang juga merupakan generasi z juga mau tidak mau harus ikut beradaptasi dengan perubahan dalam bahasa dan berkomunikasi. tidak bisa dipungkiri bahwa penulis sendiri terkadang masih kesulitan untuk memahami slang dan bahasa baru yang dibentuk dalam media sosial.
Penulis bisa saja mengabaikan perubahan tersebut, tetapi akan ada perasaan tidak nyaman dan tertinggal setiap penulis tidak memahami bahasa yang sebenarnya sudah sering digunakan media sehingga mau tidak mau penulis harus mencari tau dan mempelajari bahasa baru tersebut.
BACA JUGA:50 Guru Raih Anugerah GTK 2023 dari Kemenag, Ada Guru Kamu Gak Ya?
Penggunaan media sosial juga mengubah norma dan etika generasi Z dalam berkomunikasi. generasi Z saat ini cenderung lebih terbuka dengan kehidupan mereka dan sangat ekspresif dalam menggunakan media sosial.
Buktinya dapat dilihat di platform media sosial, misalnya tiktok.
Tiktok adalah platform yang mengizinkan penggunanya untuk mengupload konten atau video yang mereka buat.
Beberapa dari mereka begitu ekspresif secara online, mereka tanpa ragu menceritakan kehidupan dan keseharian mereka dalam bentuk konten seperti a day in my life atau what i eat in the day.
BACA JUGA:Peluang Persiapan Beasiswa bagi Santri Pesantren Salafiyah dari Kemenag, Cek di Sini Syaratnya
Bahkan dalam beberapa kasus, konten tersebut berisi video speak up akan suatu kejadian yang tidak mengenakkan dengan oknum lain atau bentuk aspirasi generasi Z terhadap lembaga tertentu.
Contoh tersebut membuktikan bahwa kehadiran media sosial mengubah norma generasi Z dalam berkomunikasi. hal tersebut juga menunjukkan bahwa cara mereka untuk membentuk sebuah interaksi atau hubungan sosial juga telah mengalami perubahan.
Namun, tentu terdapat tantangan dalam penggunaan media sosial tersebut. karena tidak bisa diabaikan bahwa penggunaan sosial media juga dijadikan sebagai media untuk menyebarkan ujaran kebencian dan fitnah (hoaks) untuk menjatuhkan suatu oknum atau kelompok yang memperlihatkan adanya penurunan etika dalam berkomunikasi.
Generasi z yang terbuka dan transparan terkadang kurang bisa melakukan filter terhadap konten atau komentar yang mereka sampaikan di media sosial sehingga hal tersebut terkadang memicu konflik antar mereka.