Berpartisipasi dalam pertemuan, menghadiri kampanye politik, atau bahkan mendapatkan informasi politik dapat menjadi hambatan.
Banyak dari mereka berkonsentrasi pada memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga tidak memprioritaskan partisipasi politik.
Kelas sosial mempengaruhi tingkat pendidikan juga.
BACA JUGA:Hak Tolak Wartawan! Mahasiswa Universitas Andalas: Kuasa Absolut Sembunyikan Identitas Narasumber
Orang kaya biasanya memiliki akses yang lebih baik ke pendidikan yang lebih baik, yang meningkatkan pemahaman mereka tentang sistem politik, hak-hak sipil, dan cara mereka dapat memengaruhi kebijakan publik.
Pendidikan yang lebih baik juga terkait dengan kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi, termasuk media dan sumber daya digital, yang dapat memengaruhi pandangan politik.
Sebaliknya, orang-orang yang hidup dalam kondisi kemiskinan seringkali tidak memiliki akses yang memadai ke pendidikan, yang dapat mengurangi kemampuan mereka untuk memahami masalah politik yang kompleks.
Kurangnya pendidikan juga menyebabkan mereka tidak tertarik pada politik dan tidak percaya diri untuk berpartisipasi dalam proses politik, seperti memberikan suara atau terlibat dalam kegiatan organisasi politik.
BACA JUGA:PENTING! Mahasiswa Universitas Andalas Bagi 4 Tips Dasar Kesiapsiagaan Sebelum Terjadi Bencana Alam
BACA JUGA:Mahasiswa Universitas Andalas Kaji Peran Penting Pendidikan dalam Membentuk Identitas Sosial
Ketidaksetaraan partisipasi politik dapat memperkuat ketidakpercayaan terhadap sistem politik, terutama di kalangan masyarakat miskin.
Jika mereka merasa bahwa suara dan kepentingan mereka tidak didengar atau diabaikan oleh pemerintah, ini dapat menyebabkan apatisme politik.
Apatisme ini sering terwujud dalam rendahnya partisipasi pemilu, kurangnya keterlibatan dalam organisasi politik, serta ketidakpedulian terhadap proses pengambilan keputusan publik.
Di Indonesia, ketidakpercayaan ini dapat menyebabkan ketidakstabilan politik dan melemahkan legitimasi pemerintah.