PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Tidak banyak seniman seni rupa yang mampu menciptakan replika prasasti peninggalan sejarah yang sangat mirip dengan aslinya.
Salah satu yang berhasil melakukannya adalah Astohari, seorang seniman muda asal Tanjung Batu Ogan Ilir (OI) yang sekarang berdomisili di Desa Jirak, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).
Dikenal karena keahliannya dalam merekonstruksi prasasti-prasasti bersejarah dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Karya-karyanya tidak hanya menghidupkan kembali sejarah dan budaya lokal, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap pelestarian warisan budaya yang ada di Palembang.
Bagi Astohari yang akrab disapa Totok, keahlian dalam membuat replika prasasti bukanlah hal yang mudah.
Menurut dia, meskipun bentuknya hanya batu prasasti, yang menjadi tantangan utama adalah menciptakan kemiripan yang sempurna dengan prasasti aslinya.
"Yang paling sulit itu adalah kemiripannya. Walaupun hanya berbentuk batu, yang dikejar itu adalah kemiripan, apalagi jika kita melihat prasasti yang sudah aus tulisannya. Untuk itu, kami harus mempelajari kembali huruf-huruf pada prasasti tersebut agar bisa menciptakan duplikasi yang akurat," ujarnya, Jumat 29 November 2024.
Mengenai waktu yang dibutuhkan, Astohari menjelaskan bahwa membuat replika prasasti memerlukan ketelitian dan kesabaran.
BACA JUGA:Bongkar Misteri Prasasti Siddhayatra, Museum Sriwijaya TWKS Gandeng 5 Narasumber
BACA JUGA:Perdana Hanya di Desa Bergas Kidul, Prasasti TMMD Berbentuk Patung, ini Penampakannya!
"Rata-rata proses pembuatan replika prasasti memakan waktu sekitar dua bulan," tambahnya.
Meskipun demikian, biaya pembuatan tidaklah terlalu mahal.
"Biaya itu sebenarnya tidak terlalu besar, yang mahal itu ketika mencari kemiripan dengan batu asli. Itu yang perlu dicoba dulu, apakah bahan yang kita pilih bisa mendekati bentuk asli prasasti," katanya.