Sementara itu, Prasasti Telaga Batu berisi daftar jabatan dalam pemerintahan Sriwijaya—mulai dari putra datu hingga pejabat bawahannya.
Prasasti ini memuat struktur pemerintahan yang kuat di tempat prasasti itu ditemukan.
"Pemuatan struktur pemerintahan menunjukkan di situlah pusat kekuasaan berada,” tegasnya.
BACA JUGA:Disbud Kota Palembang Gelar FGD Kedatuan Sriwijaya, Sentuh Cakrawala Wawasan Generasi Muda
Lalu Prasasti Talang Tuwo (684 M) berisi pemberian hadiah berupa taman kepada rakyat oleh sang raja, sebagai simbol kemakmuran dan kemurahan hati pemimpin Sriwijaya.
Ketiga prasasti ini kata Prof Farida, saling berkaitan, baik dari isi maupun jarak waktunya yang hanya terpaut 2 tahun.
"Ini memperkuat bahwa semua aktivitas pemerintahan dan sosial itu terjadi di wilayah yang sama—yakni Palembang,” timpalnya.
Secara geografis menurut Prof Farida, Palembang sejak dahulu dikenal sebagai wilayah berair dengan banyak sungai dan lebak.
Kondisi ini menjadikan transportasi sungai sangat vital.
Daerah-daerah bertoponimi talang menandakan wilayah yang lebih tinggi dan menjadi tempat pemukiman kuno, termasuk lokasi ditemukannya sejumlah prasasti Sriwijaya.
Menariknya, Prof Farida juga menyinggung temuan Prasasti Baturaja, yang memuat kisah pemberontakan di daerah Minanga.
Dia menjelaskan bahwa lokasi yang disebut Minanga Tamwan dalam prasasti Kedukan Bukit diyakini berada di wilayah Ogan Komering Ulu (OKU).