Penemuan ini kian memperkuat bukti bahwa aktivitas Sriwijaya memang berlangsung di Sumatera bagian selatan, bukan di Jambi.
"Dari Minanga, pusat pemerintahan kemudian berpindah ke Palembang karena kondisi geografisnya yang lebih strategis,” ujarnya.
Terkait anggapan bahwa tidak ada bangunan candi di Palembang, Prof Farida menegaskan hal tersebut keliru besar.
Kondisi geografis yang berair membuat bangunan batu sulit bertahan, namun bukti arkeologis tetap ada.
BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Ajak 6 Narasumber Berbobot Singkap Tabir Prasasti Kedukan Bukit, ini Orangnya!
Dia mencontohkan di Prasasti Geding Suro, hasil ekskavasi menunjukkan adanya 3 struktur candi dari abad ke-7 hingga ke-8.
"Lapisan-lapisan tanah di sana memperlihatkan kesinambungan antara masa Sriwijaya, masa kerajaan, dan masa Kesultanan Palembang,” urainya.
Bangunan bata yang ditemukan di Geding Suro bahkan memiliki kemiripan dengan candi-candi di Muara Jambi.
Fakta ini pula yang adanya menunjukkan hubungan budaya dan keagamaan antardaerah di masa tersebut.
BACA JUGA:Namanya Terpatri di Prasasti Peresmian Penggunaan Kantor Walikota Palembang, Siapa Ir FC van Lier?
Lebih lanjut Prof Farida menekankan pentingnya membedakan antara pusat pemerintahan dan pusat keagamaan.
Bukit Siguntang adalah pusat keagamaan, sementara pusat pemerintahan berada di kawasan Satu Ilir, Palembang.
"Ini sama halnya dengan Borobudur atau Muara Takus yang merupakan pusat keagamaan, bukan pusat pemerintahan,” bebernya.