Ia meminta Annan untuk mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional atau (International Mother Language Day).
Usulan itu diterima dan akhirnya ditentukanlah tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
Latar belakang penentuan tanggal itu karena saat itu Bangladesh mengalami pembunuhan pada tahun 1952.
Pembunuhan terjadi karena warga beretnis Bangli memperjuangkan bahasa Bangli di Dhaka.
BACA JUGA:Hi Bro and Sis, Nih Bahasa Besemah Punya Muanai dan Kelawai Loh!
Kemudian beberapa waktu berikutnya, Majelis Umum PBB juga meminta negara-negara anggotanya untuk bergerak.
Negara-negara itu mempromosikan semua bahasa yang digunakan oleh orang-orang di wilayah mereka dan seluruh dunia pada tanggal 16 Mei 2009.
Pada tahun 2008 sebelumnya, Majelis Umum telah menyatakan 2008 sebagai Tahun Bahasa Internasional.
Majelis Umum PBB mempromosikan persatuan dalam keanekaragaman dan pemahaman internasional melalui multibahasa dan multikulturalisme.
BACA JUGA:Inilah Beberapa Kata Bahasa Besemah yang Sering Dijumpai Sehari-hari
Sementara itu sebagaimana dikutip dari laman resmi Universitas Padjadjaran, unpad.ac.id, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional jatuh setiap 21 Februari kerap menjadi momentum untuk memperingati keberagaman bahasa dan budaya di setiap negara.
Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran Prof. Ganjar Kurnia mengatakan peringatan hari bahasa ibu internasional seharusnya bukan sekadar peringatan seremonial.
Yang terpenting dari peringatan ini adalah bagaimana melestarikan sekaligus mengaplikasikan bahasa ibu dalam konteks bermasyarakat saat ini.
“Yang terpenting bukan sekadar peringatan, tetapi bagaimana aplikasinya di antara peringatan ke peringatan berikutnya,” kata Prof. Ganjar.
BACA JUGA:Bahasa Indonesia Semakin Mendunia, Ini Buktinya!
Ia menegaskan peringatan hari bahasa ibu internasional ini seharusnya menjadi refleksi apakah setiap tahunnya.