PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Tahun depan, sebuah keputusan telah dibuat oleh ormas Islam Muhammadiyah.
Ormas yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini telah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kriteria Wujudul Hilal dalam penentuan waktu awal bulan.
Bukan karena rendahnya kualitas Wujudul Hilal yang melatari keputusan ini, tetapi lebih karena pemahaman bahwa kriteria tersebut bersifat regional untuk Indonesia, bukan bersifat global yang melingkupi seluruh dunia.
Tahun ini perbedaan penentuan awal Ramadan masih ada perbedaan.
BACA JUGA:Wapres Minta Masyarakat untuk Dapat Menghormati Perbedaan Penetapan Awal Ramadan
Selayaknya hal itu tidak lagi menjadi persoalan mengingat kemajuan tekonologi yang sangat pesat masa kini.
Sesungguhnya sebuah langkah besar telah diambil dalam upaya untuk menyatukan sistem waktu dunia Islam.
Dilansir dari muhammadiyah.or.id, pada tanggal 28-30 Mei 2016, International Hijri Calendar Congress diadakan di Istanbul, Turki, mengumpulkan 127 utusan dari 60 negara.
Pada kongres tersebut para ahli falak global dari seluruh dunia bertemu untuk merumuskan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT).
BACA JUGA:Sambut Awal Ramadan, Langkah Ini Dilakukan Kapolda Sumsel
Anggota Divisi Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Agus Purwanto pada Rabu (13/03) mengatakan rumusan KHGT mengenai kriteria awal bulan menjadi fokus utama kongres ini.
Menurut dia dengan persyaratan konjungsi sebelum pukul 00.00 UTC, tinggi hilal 5 derajat, elongasi 8 derajat di mana pun, dan penerapan matlak global, kongres berhasil mencapai kesepakatan.
Dikatakannya bahwa Rumusan KHGT, yang disepakati oleh 80 peserta kongres, menegaskan penyatuan sistem waktu Islam bukanlah inisiatif dari Muhammadiyah, melainkan hasil kesepakatan kongres internasional tersebut.
Hal ini menjadi langkah signifikan dalam menghadirkan keseragaman dalam perhitungan waktu di seluruh dunia Islam.