Realitas Kesantunan Berbahasa Gen Z Minangkabau di Era Digital, Bikin Mahasiswa Unand Lakukan Hal ini
Nilai norma kehidupan dan aturan dalam berbahasa, terutama dalam penerapan kato nan ampek, dapat tertanam dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.--wikipedia
BACA JUGA:Dibekali Snapdragon 888 dan Kamera 108MP, Inilah Bocoran Hp Nokia R21 Max
‘Dho, bisa saya pinjam motor sebentar?’
Ridho: Pakailah, tapi isian minyaknyo liak, dih
‘Pakailah, tapi isi lagi bensinnya, ya’
Percakapan terjadi ketika Bagus ingin meminjam motor untuk pergi membeli perlengkapan lomba.
BACA JUGA:Tampil Kasual! Ini 6 Model Sepatu Converse Wanita Terpopuler, Beraktivitas Lebih Nyaman
Langgam kato yang digunakan adalah kato mandata.
Terlihat pada data (4), pembicara (Bagus) menggunakan sapaan nama lawan bicaranya (Ridho) dengan bentuk singkatan "Dho" untuk "Ridho".
2.4 Kurangnya Penerapan Kato Nan Ampek Pada Generasi Sekarang
Bahasa berperan penting dalam interaksi dan pergaulan manusia dengan sesama.
BACA JUGA:Review Spesifikasi Unggulan 4 HP itel Terbaru 2024, HP 1 Jutaan dengan Fitur Canggih
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk memahami norma-norma budaya dalam berkomunikasi agar dapat menghindari konflik.
Budaya memiliki peran signifikan dalam membentuk pola perilaku dan tingkah laku yang santun dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Clifford Geertz dan Claud Levi-Strauss, kebudayaan dapat dipahami sebagai sistem simbol dan makna bersama yang diidentifikasi dan bersifat publik.
Di era saat ini, terutama di kalangan remaja Minangkabau di zaman sekarang, terlihat kecenderungan penggunaan bahasa yang kurang sopan dalam kehidupan sehari-hari.