Realitas Kesantunan Berbahasa Gen Z Minangkabau di Era Digital, Bikin Mahasiswa Unand Lakukan Hal ini
Nilai norma kehidupan dan aturan dalam berbahasa, terutama dalam penerapan kato nan ampek, dapat tertanam dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.--wikipedia
BACA JUGA:Intip Program Cagub Sumsel Eddy Santana Putra, Sumatera Selatan Butuh Kemajuan!
Contoh: Berikut ini contoh terjadinya percakapan antara Bita dan Nila di lapangan bola dekat sebuah masjid.
Bita meminta bantuan kepada Nila untuk menghias dinding tempat acara perlombaan.
(1) Bita: Kak, tolongan hiasan dindiang ko, Kak.
‘Kak, tolong hiasi dinding ini, Kak’
BACA JUGA:Tabel Angsuran KUR BNI 2024, Plafon Hingga 50 Juta, Solusi Sat Set Pinjaman Usaha Tanpa Agunan
(2) Nila: Buliah, siko akak tolongan.
‘Boleh, sini kakak tolong’
Dari percapakan di atas, Ucapan Bita menggunakan kato mandaki karena pembicara (Bita) lebih muda usianya daripada lawan bicaranya (Nila).
Jadi, ketika Bita mengucapkan kata "tolong" kepada Nila, ini menandakan bahwa Bita mengetahui siapa lawan bicaranya dan menyadari bagaimana bersikap dan berucap.
Terlebih lagi, ucapan Bita didahului dengan kata "kak" (kakak) sebagai kata kekerabatan yang memperjelas bahwa Bita menghormati Nila yang lebih tua usianya daripada Bita.
Jarak mereka berbicara berkisar 60 cm, yang menunjukkan hubungan keduanya akrab. Jarak ketika berbicara adalah bagian dari proksimik.
2. Penggunaan kato manurun merupakan bahasa yang digunakan oleh orang yang usianya lebih tua daripada lawan bicaranya.
Contoh: Terjadi percakapan antara Nila dan Audi di lapangan dekat musala.