https://palpres.bacakoran.co/

Realitas Kesantunan Berbahasa Gen Z Minangkabau di Era Digital, Bikin Mahasiswa Unand Lakukan Hal ini

Nilai norma kehidupan dan aturan dalam berbahasa, terutama dalam penerapan kato nan ampek, dapat tertanam dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.--wikipedia

BACA JUGA:Wah! Ada Sosok Kasrem Gatam Menghadiri Doa Lintas Agama di Polda Lampung

Nila meminta Audi untuk meletakkan kado untuk pemenang lomba di dekat meja panitia sambil menunjuk kado yang tersedia.

(1) Nila: Diak, latakan kado-kado tu di siko yo.

‘Dik, letakkan kado-kado itu di sini ya’

(2) Audi: Jadih, Kak. (‘Ya, Kak’)

BACA JUGA:GOKIL! Pinjam Uang Rp10 Juta di DANA Bisa Tanpa Dana Paylater Langsung Cair, Klik di Sini Triknya

Percakapan tersebut berlangsung dengan menggunakan kato manurun karena pembicara (Nila) lebih tua usianya daripada lawan bicaranya (Audi).

Dalam percakapan itu, Nila memanggil yang lebih muda darinya dengan sebutan "diak" (adik).

Dalam bahasa Minangkabau, menyapa seseorang yang lebih muda dapat dilakukan dengan sebutan "diak" (adik).

Walaupun Nila memberikan perintah kepada Audi untuk meletakkan kado itu, Nila tetap menggunakan bahasa yang sopan agar Audi tidak merasa kesal dengan ucapannya.

BACA JUGA:Terkuak! Prof Adil Beri Fakta Mengejutkan tentang Sosok Penulis Manuskrip Alquran Peninggalan Kyai Delamat

3. Penggunaan Kato malereang merupakan bahasa yang digunakan kepada orang yang disegani atau dihormati di lingkungan sekitar.

Contoh: Percakapan terjadi antara Dinda dan Rani di rumah.

Rani adalah kakak ipar Dinda.

Dinda meminta izin kepada Rani untuk memakan coklatnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan