Dari Alam Liar ke Pusat Pelatihan, Puskass Hadirkan Buku Gajah Palembang: Sejarah, Akar Konflik dan Solusinya
Puskass segera melaunching sekaligus menggelar diskusi Buku Gajah Palembang: Sejarah, Akar Konflik dan Solusinya.--kolase koranpalpres.com
BACA JUGA:Salurkan 167 Paket Beras Untuk warga Kurang Mampu Di Kelurahan Gunung Gajah Lahat
Selain gajah-gajah di PPG dan SM Padang Sugihan tersebut, masih banyak gajah-gajah Palembang.
Ada di alam liar Air Sugihan.
Mereka inilah yang acapkali masuk perkampungan dan merusak peladangan atau lahan sawah masyarakat.
Mereka juga masuk dan menjadi kekhawatiran perkebunan-perkebunan luas milik swasta di sana.
BACA JUGA:Peneliti PUSKASS Sebut Palembang ‘Bukan Lagi’ Venesia dari Timur, Ini Sebabnya!
“Wah, di sini banyak kelompok gajah, ada di antaranya berada di beberapa kantong gajah, baik di Air Sugihan maupun dari hutan-hutan tersisa di Pantai Timur Sumatera,” terang salah seorang warga setempat.
Jejak domestifikasi, antara gajah dan manusia sudah terbentuk dalam narasi-narasi sejarah dan budaya di Palembang, Sumatera Selatan.
Berbagai bukti historis, mengisahkan adanya pemberian ruang domestifikasi, yang terjadi sedemikian rupa sejak masa lalu.
Jauh sebelumnya dalam masa prasejarah, seperti yang terjejer dalam kekayaan megalitikum Pasemah, persandingan gajah dan manusia digambarkan oleh banyak arca di sana dengan luar biasanya.
BACA JUGA: Alasan Kenapa Dilarang Bawa Buah Kelapa saat Naik Pesawat Adalah Ini
Pahatan arca batu gajah di berbagai lokasi pada dataran tinggi Pasemah, seperti pada situs Gunung Megang di Kabupaten Muara Enim.
Maupun di situs Kota Raya, situs Tanjung Telang, situs Rindu Hati, situs Tinggi Hari, situs Pulau Panggung di Kabupaten Lahat.