Dari Alam Liar ke Pusat Pelatihan, Puskass Hadirkan Buku Gajah Palembang: Sejarah, Akar Konflik dan Solusinya
Puskass segera melaunching sekaligus menggelar diskusi Buku Gajah Palembang: Sejarah, Akar Konflik dan Solusinya.--kolase koranpalpres.com
Selanjutnya, baitan dalam Prasasti Tanjore bertarikh 1030-1031 Masehi berbentuk 5 keping tembaga yang ditemukan di Kuil Parijatavanesvara, Tanjavur, India.
Mengisahkan penahan Maharaja Sriwijaya, Sangrama-vijayottunggawarman yang ditawan di Kadaram, Kedah, Malaysia bersama “pasukan gajah” yang digunakan dalam berperang melawan Kerajaan Chola tahun 1025 Masehi.
BACA JUGA:Ini Cara Kejari Lubuk Linggau Melakukan Pengamanan dan Penggalangan Sidang Putusan Perkara Narkotika
BACA JUGA:Putusan MK Muluskan Jalan Ratu Dewa Menuju Kursi Walikota Palembang
Lewat gempuran dashyat Chola atas pelabuhan-pelabuhan utama Sriwijaya, Kedatuan Sriwijaya mengalami kelemahan dan kemunduran sedemikian rupa.
Dua narasi awal, dari temuan megalitik Pasemah dan Kedatuan Sriwijaya, relasi manusia “memuliakan” gajah dengan men-domestifikasi-nya di samping kehidupan manusia adalah narasi kuat yang mengisyarakan kepada kita.
Gajah sudah diberi tempat pada sisi kehidupan manusia.
Gajah bukan lawan, tetapi kawan dalam kehidupan masyarakat di waktu itu.
BACA JUGA:Menjelang Lengser, Jokowi Akan Resmikan Sejumlah Ruas Jalan Tol, Mayoritas JTTS
BACA JUGA:Kantor KPU Ogan Ilir 'Diserang' Massa, 2 Demonstran Jadi Korban
Gajah dimuliakan sebagai hewan yang mampu memberi bantuan dan pertolongan pada manusia.
Manusia dan gajah membangun peradaban luar biasa di waktu itu.
Peradaban tersebut dituliskan dan diceritakan oleh berbagai sumber asing.
Domestifikasi manusia pada gajah, terus berlanjut di masa Kesultanan Palembang.
BACA JUGA:Bisa Dapat Cuan! Klik Link DANA Kaget, Intip Cara Dan Syaratnya Disini