Ga Ada di Situs Cagar Budaya Lainnya, Dosen Unsri Singkap Fakta Mengejutkan dari Kawasan Candi Bumiayu
UPTD Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya selaku pengelola Museum Sriwijaya menyelenggarakan Seminar Hasil Kajian Relief Candi Bumiayu Koleksi Museum Sriwijaya dengan menghadirkan 3 narasumber yakni dosen Unsri, peneliti BRIN dan Dispustaka Provinsi Sumsel.--museum sriwijaya
“Rencana strategis perguruan tinggi untuk jangka panjang dalam memastikan keberlanjutan pelestarian dan pemanfaatan Situs Bumiayu,” tukasnya.
BACA JUGA:Polda Sumsel Gelar 3 Kegiatan Sekaligus di TWKS Palembang
Ragam Hias Percandian Bumiayu
Giliran kesempatan peneliti dari BRIN Sumatera Selatan, Sondang M. Siregar menyampaikan materi berjudul “Percandian Hindu dan Buddha di Tepian Sungai Lematang dan Ragam Hias Percandian Bumiayu”.
Dalam paparannya, Sondang memastikan bahwa berdasarkan temuan diketahui bahwa percandian Bumiayu berlatar belakang agama Hindu, Buddha dan Hindu Tantrayana.
Selain itu menurut dia, Percandian Bumiayu berorientasi timur (sungai), pada bentang lahan rawa, di atas permukaan tanah kering yang areanya lebih tinggi dari sekitarnya.
BACA JUGA:Tempatkan Replika Prasasti Baturaja di Sini, Niatan TWKS Patut Diacungi 2 Jempol
Berdasarkan tinjauan ilmu kronologi, percandian Bumiayu ini bermula dari abad ke-9 Masehi, namun aktivitas puncak keagamaan abad ke-10 Masehi.
“Hal tersebut berdasarkan temuan mayoritas keramik di lokasi situs percandian Bumiayu,” ulasnya.
Sondang mengungkapkan, aktivitas keagamaan pada candi 1, 2, 3 diduga bersamaan yakni abad ke-9 Masehi karena sebaran temuan keramik memiliki kronologi yang sama.
Dia juga menyimpulkan bahwa percandian Bumiayu ini terbuat dari material lokal yakni lempung dan lempung tufaan.
Kemudian ragam hias percandian perwujudan lingkungan candi (flora dan fauna),