Ecoliteracy Guru Muda Sebagai Agent of Change dalam Pendidikan Era 4.0
Guru muda merupakan agent of change bisa menerapkan ecoliteracy dalam pendidikan era 4.0--Ist
Hal tersebut ditandai dengan penggunaan inovasi serta teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Peran guru tidak hanya sebagai memberikan edukasi ataupun pengetahuan secara konstekstual terhadap peserta didik.
BACA JUGA:Peringati Hari Anak Nasional, Srikandi PLN Luncurkan Program Pengembangan Pendidikan Sahabat Anak
Namun, peran guru muda sebagai agen perubahan sangat penting, terutama dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman ekologis (ecoliteracy) di kalangan peserta didik.
Agent of change adalah seseorang atau sesuatu yang dapat memotivasi orang lain untuk mengubah tindakan atau pendapatnya.
Dalam hal ini, peran guru muda sebagai agent of change melalui kreativitas dan keterlibatan, mereka dapat merancang proyek inovatif yang melibatkan siswa, seperti kampanye daur ulang dan aksi bersih-bersih di lingkungan sekitar.
Selain itu, guru muda juga berkontribusi dalam pengembangan kurikulum dengan memasukkan isu-isu lingkungan, sehingga siswa dapat memahami pentingnya keberlanjutan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Negara-Negara yang Sangat Menaruh Perhatian pada Investasi Pendidikan
BACA JUGA:Resmi Buka Program Pendidikan SPPK di Lembang, Ini Pesan Kasespim Lemdiklat Polri
Kolaborasi dengan organisasi lingkungan dan komunitas lokal juga menjadi kunci, di mana guru muda dapat mengajak ahli untuk memberikan ceramah atau bekerja sama dalam proyek konservasi.
Hal ini dirasakan oleh salah satu guru muda Sumsel, Messy Amalia sebagai agent of change di era 4.0.
Menurut beliau beberapa tantangan yang signifikan dalam upaya mereka untuk meningkatkan ecoliteracy di kalangan siswa.
Pertama, kesadaran yang minim di kalangan peserta didik menjadi hambatan utama, di mana banyak siswa yang belum memahami permasalahan dan isu-isu lingkungan yang ada.