أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ذكَرَ أنْ يعتكِفَ العَشرَ الأواخِرَ مِن رمضانَ، فاستأذَنَتْه عائشةُ، فأذِنَ لها
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan bahwa beliau akan ber-iktikaf di 10 hari terakhir di bulan Ramadan.
Lalu Aisyah pun memohon izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ber-iktikaf dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan.”
BACA JUGA:Jangan Sia-Siakan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadan, Kata Syaikh Utsaimin Bisa Nyesel Kalau Dilewatkan
Demikian pula yang dilakukan istri-istri Nabi yang lain, seperti Hafshah dan juga Zainab.
Lalu, syarat yang kedua seorang wanita boleh beriktikaf selama iktikafnya itu tidak menimbulkan fitnah bagi dirinya atau bagi orang lain.
Lantaran fitnah bagi dirinya atau bagi orang lain itu berbahaya, bisa menimbulkan perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sementara iktikaf hanya sebatas anjuran sebagaimana ditetapkan dalam kaedah fiqiyah, menolak keburukan harus lebih diutamakan daripada mengharapkan kemaslahatan atau kebaikan.
BACA JUGA:Malam Lailatul Qadar Kesempatan Sempurna Berdoa dan Memohon Ampunan Allah
Karena itulah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan ketidak ikhlasan dari iktikaf istri-istri Nabi tersebut (Aisyah, Hafshah dan Zainab).
Khawatir jika mereka beriktikaf karena kecemburuan mereka ketika Aisyah iktikaf maka Hafshah dan Zainab pun mengikutinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan mereka dari masjid.
Ini dalil bahwa syarat yang kedua bagi kaum wanita diizinkan untuk ber-iktikaf jika tidak menimbulkan fitnah.
BACA JUGA:Pedagang Akhirat Wajib Tahu! Syaikh Utsaimin Beberkan 2 Hikmah Allah Rahasiakan Lailatul Qadar
Pembahasan selanjutnya yakni batas minimal waktu iktikaf.
Jumhur ulama di antaranya Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada batasan minimal iktikaf.
Sementara ulama yang lain mengatakan batas minimal iktikaf adalah sehari semalam.