Keunikannya di Kampung Kapitan adalah seluruh penghuni Rumah Kapitan (saat ini dan dulunya) bukanlah Muslim.
Mereka menganut agama yang berbeda-beda, ada yang Budha, Khatolik, Kristen, dan Kong Hu Cu.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Koleksi Parfum Morris untuk Wanita Terbaik 2024, Wanginya Bikin Ketagihan
Tetapi dalam pelaksanaan Sedekah Kampung, mulai dari inisiatif pelaksanaan, pendanaan, fasilitasi alat dan kebutuhan yang digunakan, semuanya dari penghuni Rumah Kapitan dan warga Tionghoa lain disekitarnya.
Warga non Tionghoa hanya berfungsi sebagai pelaksana acara (memotong kambing, mengolah, dan memasak), sekaligus orang yang menghadiri acara.
Yang akan berdoa bersama adalah warga non Tionghoa, yaitu orang Palembang yang semuanya beragama Islam.
Orang Tionghoa lah yang akan menentukan kapan Sedekah Kampung akan dilaksanakan, berapa ekor kambing yang akan dipotong, siapa yang akan diundang, berapa biaya yang dibutuhkan termasuk memastikan dana tersedia.
BACA JUGA:Jangan Salah Beli! Ini Cara Memilih Parfum Pria yang Murah dan Tahan Lama, Berikut Tipsnya
Mereka juga yang sokongan bersama-sama untuk menutupi seluruh biaya yang ada.
Sementara pada saat pelaksanaan, baru diserahkan kepada warga lokal dan dilaksanakan secara Islam.
Ritual dan tata cara seperti ini, ternyata juga bukan dilaksanakan kali ini, tetapi sudah warisan sejak leluhur Kapitan Tjoa Ham Ling membuka kampung ini.
Pesan dari Sang Kapitan inilah yang senantiasa diteruskan dan dilakukan oleh anak cucunya hingga saat ini.
Pesan nenek moyang yang mengatakan bahwa mereka hidup di Nusantara dan tentunya harus hormat dan patuh dengan segala tradisi yang berlaku.
BACA JUGA:7 Rekomendasi Aroma Parfum Wanita Yang Bisa digunakan Oleh Pria
Perkembangan saat ini bahkan menunjukkan bahwa pelaksanaan tradisi ini oleh para penerus Kapitan, bukan semata-mata menunaikan petuah saja, tapi sudah masuk kepada keyakinan bahwa Sedekah Kampung itu adalah wajib.
“Kalau dalam satu tahun tidak dilakukan Sedekah Kampung, seperti saat Covid kemaren, kami selalu gelisah, dan ada suara-suara gaib yang meminta supaya itu dilakukan,” ujar Ko Godek, seorang pewaris Rumah Kapitan.