Tetapi ada juga datang dua hari berturut-turut.
Pada acara resmi yang diundang juga karena tidak datang saat “aghi bemasak”.
Selain itu pada acara resmi para tamu juga lebih beragam. Selain keluarga dekat, para kenalan lama atau relasi kerja, atau para pejabat yang acapkali datang.
Nah, bedanya untuk yang datang pada saat hari jadi atau resmi, para undangan tidak diberi ibatan. Sedangkan para undangan ada yang memberi amplop meskipun tanpa ibatan.
BACA JUGA:Peranan Tim Negosiator Polwan Penting, Ini Penjelasan Kabid Humas Polda Sumsel
Suasanya sama seperti undangan resmi baik pernikahan atau hajatan lainnya di tempat lain.
Jadi, kalau mau melihat tradisi ibatan ini sebaiknya tidak datang saat hari resminya, melainkan datang sehari sebelumnya.
Tidak ada salahnya datang dua hari berturut-turut, kalau ingin melihat tradisi hajatan dan persiapannya.
Menurut salah seorang sesepuh Besemah, Wak Satar setiap masyarakat yang menyelenggarakan acara pernikahan atau hajatan lainnya harus mengikuti tradisi tersebut.
BACA JUGA:Mengulik 3 Versi Asal Usul Nama Desa Burai Ogan Ilir, Nomor 2 Terbukti Dapat Dipercaya
Tradisi tersebut telah mendarah daging, meskipun dari segi ekonomi bagi masyarakat menengah ke bawah akan merasa diberatkan.
"Dana yang dikeluarkan untuk acara pernikahan sangat besar," ungkapnya.
Sebab, di samping untuk menyuguhkan makanan dan minuman baik bagi tamu yang hadir, baik saat “aghi bemasak” atau “aghi jadi” juga harus menyiapkan cinderamata yang berupa ibatan tadi.
Meskipun sudah ada perhitungan awal jumlah undangan, tetapi yang lebih sering terjadi jumlah ibatan yang dipersiapkan harus lebih banyak dua sampai tiga kali lipat.
Persiapan pernikahan itu sendiri tidak saja pada “aghi bemasak” dan “aghi jadi”, tetapi seminggu sebelumnya para tetangga dan handai taulan sudah ramai membantu.