PAGARALAM – Dalam tradisi persedekahan masyarakat suku Besemah baik di Lahat maupun Kota Pagaralam ada semacam pemberian cindera mata atau alu-aluan (oleh-oleh) dari pemilik hajat kepada tamunya.
Cindera mata tersebut dalam masyarakat Besemah disebut ibatan.
Ibatan ini nantinya diberikan kepada setiap tamu yang datang dan diterima dari pihak yang menyelengarakan hajatan biasanya hajatan pernikahan.
Bisa juga hajatan lain seperti akikahan atau khitanan.
BACA JUGA:10 Makam Puyang Di Desa Burai Nyaris Hilang, Nomor 3 Masih Sering Diziarahi?
BACA JUGA:Tertarik Temuan Prasasti Bukit Seguntang, Museum Negeri Sumsel Bikin Acara di Desa Ini
Pemberian ibatan ini sebagai bentuk penghormatan karena undangan bisa hadir ke kediaman si empunya hajat.
Isi ibatan ini biasanya berupa bungkusan yang berisi kue tradisional kedaerahan dan lauk pauk.
Ibatan ini biasanya akan diberikan pada saat tamu mau pamit pulang.
Belakangan di lingkungan pusat kota dan sekitarnya ibatan ini tidak lagi berupa kue tadisional, lauk-pauk atau makanan khas lainnya.
BACA JUGA:Mengulik 3 Versi Asal Usul Nama Desa Burai Ogan Ilir, Nomor 2 Terbukti Dapat Dipercaya
BACA JUGA:Cerita Desa Burai Ogan Ilir Dan Fakta Asal Usulnya, Ternyata Menyimpan Banyak Misteri?
Kue-kue khas tradisional Besemah yang sering dijadikan ibatan itu antara lain, seperti kue bolu, dodol, bipang, kembang goyang dan lauk pauk seperti ikan dan ayam goreng.
Ada perubahan menjadi bungkusan mie instant, satu kemasan gelas minyak goreng, dan biskuit kemasan sepeti tango dan sebagainya.
Ini sepertinya menandakan kepraktisan, karena di masyarakat perkotaan sudah sulit menemukan orang memasak dodol atau lemang yang memang proses membuatnya sangat lama itu.