LAHAT – Tidak semua tradisi lekang oleh waktu, buktinya pantauan yang masih terpelihara hingga kini.
Kendati demikian tidak banyak orang mengenal tradisi yang ada di Bumi Seganti Setungguan satu ini yang masih terjaga hingga detik ini, walaupun pergeseran tahun ke tahun telah berubah.
Betul, tradisi pantauan yang dilakukan secara turun temurun, memang tidak diwajibkan setiap rumah penduduk untuk membuat makanan serta minuman.
Baik itu dalam rangkaian acara pernikahan, kematian ataupun merayakan Idul Fitri dan Idul Adha.
BACA JUGA:Peringati 92 Tahun Meninggalnya Thomas Alva Edison, Penemu Lampu Pijar
Tidak hanya disajikan berbagai macam kue ataupun minuman saja, namun menu wajib tetap disuguhkan.
Misalnya, memasak nasi dengan beraneka lauk pauknya, es kopyor, es kelapa muda atau makanan paling favorit di seluruh Indonesia yakni bakso.
Bahkan, ada pula yang membuat suguhan sederhana seperti tekwan, pempek ala kadarnya, model didampingi menu-menu yang mampu menggugah selera makan anda.
Ettss, nanti dulu, semuanya itu dilihat dulu dari kemampuan keuangan si empuh rumah.
BACA JUGA:Catat! Ini Calon Lawan Timnas Indonesia di Babak Kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Paling sedikit anggaran yang dikeluarkan besarannya mencapai Rp 300.000, dan paling besar tidak terhingga berdasarkan apa yang diinginkan dihidangkan di atas meja.
Tradisi pantauan ini berlaku di seluruh Kabupaten Lahat.
Tidak terkecuali di Desa Banjar Negara, Kecamatan Lahat Selatan, Kabupaten Lahat.
Ketika ada pesta pernikahan maka kediaman yang berdekatan pasti disibukkan memasak untuk menjamu, pasangan pengantin, keluarga dan pihak besan hingga makanan kering kerontang.
BACA JUGA:Cerita Tuna Netra Penerima Bedah Rumah kepada Dansatgas TMMD Kodim Way Kanan