Kemudian sempat menjadi kantor Satuan Polisi Pramong (Satpol PP) selama sekian tahun.
Berikutnya dijadikan lokasi penjualan makanan (mirip rumah makan).
Ujungnya, kondisi Balai Pertemuan sangat memprihatinkan.
BACA JUGA:Perbandingan Xiaomi 14 dan Apple iPhone 15, Cermati 5 Hal Ini
BACA JUGA:Rekor Fantastis! Hyundai Raup Ribuan SPK di GIIAS 2024, All New Kona Electric Diserbu
Plafon dan kondisi listrik mengalami kerusakan, daun pintu dan jendela satu persatu dipreteli dan dicuri oknum tertentu.
Bahkan dalam kondisi rusak, gedung itu diserahkan ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Palembang.
Lantaran terbengkalai selama bertahun-tahun, kondisi gedung tak ubahnya seperti “kuburan tua”.
Padahal, sejak dibangun kali pertama, gedung itu difungsikan sebagai ruang pementasan seni, di antaranya sandiwara, tari, bernyanyi, dan menari.
BACA JUGA:Hati-hati Modus Penipuan Pakai QRIS Palsu, Ini Cara Menghindarinya
BACA JUGA:Wah, Arkeolog Temukan Leboh dari 60 Makam Kuno di Mesir
Seniman dan penyair, almarhum Surya Gunawan yang akrab disapa Koko Bae semasa hidupnya pernah melontarkan kritikan pedas.
Beliau mencibir sikap Pemkot Palembang yang dinilainya gagal paham untuk melestarikan Gedung Kesenian Palembang yang berada di situs “Kota Lama” Benteng Kuto Besak.
Lantaran gedung Balai Pertemuan itu seperti “rumah hantu” yang diabaikan, akhirnya seniman marah dan melakukan aksi unjuk rasa.
Sejumlah seniman yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB) turun ke jalan.
BACA JUGA:Status Maarten Paes Akan Diumumkan FIFA 18 Agustus, Siap Main 5 September?