Pada tahun 1719 selesailah dibangun benteng ini.
Akan tetapi setelah selesainya benteng ini langsung diserang oleh masyarakat Bengkulu.
Dengan cara dibakar dan dirusak oleh penduduk.
Orang-orang Inggris yang berada di dalam benteng berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing dan terpaksa meninggalkan Bengkulu dengan kapal menuju Batavia kemudian ke Madras, India.
BACA JUGA:Ga Neko-Neko! Mahasiswa Unand Beber Media Sosial Efektif Meningkatkan Kesadaran Hukum Warga +62
Sejak penyerangan tersebut, Bengkulu mengalami kekosongan misionaris.
Pada tahun 1721, Inggris kembali mengirimkan kembali pasukannya ke Bengkulu dan berhasil merebut benteng Marlborough kembali.
Inggris datang kembali dengan perjanjian baru.
Perjanjian itu dilaksanakan pada 17 April 1724 yang berisikan bahwa pihak Bengkulu menyatakan kesediaan untuk melakukan penanaman pohon lada sebanyak 1000 batang oleh setiap Kepala Keluarga dengan harga 15 dolar Portugis untuk satu bahar lada yang diserahkan kepada pihak Inggris.
BACA JUGA:Perbedaan Bahasa dan Budaya Picu Bullying di Lingkungan Kampus, Kok Bisa? Ini Kata Mahasiswa Unand
Setelah terjadi perjanjian tersebut pada tahun 1724 tidak ada terjadi pemberontakan yang berarti dari penduduk Bengkulu.
Pada tahun 1807 terjadi pemberontakan kembali oleh rakyat Bengkulu kepada Inggris dan menewaskan Gubernur Inggris yaitu Thomas Parr.
Thomas merupakan Gubernur Inggris yang sering melakukan tindakan-tindakan kekerasan kepada rakyat Bengkulu.