Kelompok Fatah pun bereaksi, dan untuk pertama kali kelompok nasionalis itu berdiri di satu pihak dengan para pengikut Sheikh Yassin.
Bersamaan dengan pecahnya Intifada Pertama.
Sheikh Yassin dan enam petinggi senior Mujama mendirikan Harakat al-Muqawamah al-Islamiyah (Hamas).
BACA JUGA:Kapolri Apresiasi Bakti Kesehatan dan Sosial Alumni Akabri 91
Sebagai organisasi politik dan militer, bukan lagi organisasi amal dan sosial.
Para milisinya terdiri dari para anggota Al-Majihadoun yang berdiri lima tahun sebelumnya.
Pengaruh Sheikh Yassin dengan Hamasnya makin menarik dukungan lebih besar baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat.
Semakin populera, kian menanjak mengingat rivalnya Yasser Arafat dari Fatah lebih sering bermarkas di Tunisia setelah serangkaian upaya pembunuhan pada 1985.
Kelompok Hamas mulai menonjol.
Berubah dari kelompok yang mengedepankan dakwah menjadi kelompok yang paling siap dengan senjata dan bahan-bahan peledak.
Hamas juga membentuk sistem kontraintelijen di mana para kolaborator Israel yang ada 'dilenyapkan'.
Hamas dibentuk Sheikh Yassin dan keenam rekannya dengan visi dan misi membebaskan Palestina dari pendudukan Israel.
BACA JUGA:Misteri Gang Senggol di Balai Yasa, Suasana Angker yang Menghantui Warga
Menolak segala bentuk kompromi sebagaimana Fatah.
Hamas menegaskannya lewat Piagam Hamas yang ditandatangani para pemimpinnya pada 18 Agustus 1988.