Masih kata DR Anita, kegiatan ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan, Sains dan Teknologi untuk tahun 2025 dalam skema Pemberdayaan berbasis masyarakat ruang lingkup pemberdayaan kemitraan masyarakat.
Dampak dan Harapan
Kehadiran Bicara Pintar dinilai menjadi satu inovasi dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Selama ini, komunikasi antara penyandang tuna rungu dan masyarakat luas masih sangat bergantung pada bahasa isyarat.
Masalahnya, tidak semua orang menguasai bahasa isyarat.
Akibatnya, sering terjadi kesalahpahaman bahkan diskriminasi sosial yang tidak disengaja.
Dengan aplikasi ini, hambatan tersebut dapat dikurangi.
BACA JUGA:Kalau Digital Bisa Tarik Pajak, Masih Perlukah Petugas Pajak? Ini Jawaban Cerdas Mahasiswi Unsri
“Kami berharap aplikasi ini tidak hanya membantu di ranah akademik, tapi juga bisa dipakai dalam dunia kerja, pelayanan publik, bahkan di rumah sakit atau transportasi umum,” ungkap DR Anita.
Langkah Selanjutnya
Meski telah bisa digunakan, pengembang menyadari aplikasi ini masih memiliki keterbatasan.
Salah satunya adalah akurasi pengenalan suara dalam kondisi bising.
BACA JUGA:5 Kampus Unggulan dan Terbaik di Palembang, UIN Raden Fatah Jadi Pesaing Unsri!
Oleh karena itu, penelitian dan penyempurnaan terus dilakukan.